ANALISIS KETERSEDIAAN AIR SUNGAI BAWAH TANAH DAN PEMANFAATAN BERKELANJUTAN DI KAWASAN KARST MAROS SULAWESI SELATAN (Analysis of Underground River Water Availability and Its Sustainable uses at Karst Maros Area in South Sulawesi)
Muhammad Arsyad(1*), Hidayat Pawitan(2), Paston Sidauruk(3), Eka Intan Kumala Putri(4)
(1) Pusat Studi Lingkungan IPB, Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
(2) Laboratorium Hidrometeorologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
(3) Laboratorium Patir BATAN, Jl. Lebak Bulus Raya No. 49, Pasar Jumat, Jakarta
(4) Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
(*) Corresponding Author
Abstract
ABSTRAK
Kawasan Karst Maros mempunyai tata air yang kondusif, baik yang berada di bawah gua maupun yang muncul sebagai sungai permukaan, seperti DAS Bantimurung. DAS Bantimurung bahagian hulunya dipergunakan sebagai tempat pariwisata, air irigasi bagi pertanian dan air baku PDAM Kabupaten Maros. Untuk itu, perlu dilakukan valuasi ekonomi terhadap sumberdaya air tersebut, berupa nilai total ekonomi. Besarnya debit air yang terdapat di Kawasan Karst Maros selama 20 tahun (1990-2010) cenderung berada pada angka 7,00 m3/s, dengan debit air terendah terjadi bulan September, sekitar 1,00 m3/s dan tertinggi pada bulan Januari mencapai 20 m3/s. Perhitungan nilai guna langsung (direct use value) sebesar Rp.385.479.052.214, nilai guna tidak langsung (indirect use value) sebesar Rp.13.251.588.000, dan nilai bukan guna (non use value) sebesar Rp.20.016.148.000, sehingga nilai ekonomi total (Total Economic Value, TEV) dari setiap tahunnya sebesar Rp.418.746.788.214. Untuk keberlanjutan pemanfaatan air sungai bawah tanah Kawasan Karst Maros diperoleh kebutuhan air seluruh irigasi pertanian di Kabupaten Maros adalah 5,32 m3/s dan PDAM sebesar 2.037.943 m3 setiap tahun. Sedangkan air yang tersedia di Kawasan Karst Maros adalah 220,8 juta m3 setiap tahun, sehingga masih ada surplus air sebesar 15,10 juta m3 setiap tahun.
ABSTRACT
The karst region of Maros has water system that is conducive both under the cave and emerge as the river surface, such as watershed Bantimurung. The upstream of DAS Bantimurung is used as a place of tourism , agriculture and irrigation for raw water in Maros PDAM. To that end, economic valuation needed to be done to water resource, in the form of total economic value. The amount of discharge water contained in Maros Karst area for 20 years (1990-2010) tended stands at 7,00 m3/s, with the lowest water discharge occurred in September, approximately 1,00 m3/s and the highest in January at 20 m3/s. Direct use value amounted to Rp 385,479,052,214 then indirect use value was Rp 13,251,588,000 and the non-use value was Rp20,016,148,000, so the total economic value, TEV, of each year was Rp418,746,788,214. For sustainable use of river water underground of Karst Maros that acquired the entire agricultural irrigation water needed in Maros regency was 5,32 m3/s and the PDAM amounted 2,037,943 m3 then available water in Karst Maros was 220.8 milyar m3 per year, so there was still the water surplus of 15,10 milyar m3 for each year
Keywords
Full Text:
Artikel lengkap (PDF) (Bahasa Indonesia)References
Arsyad, M. 2009. Eksplorasi, Eksploitasi, dan Pemodelan Sumber Daya Mineral Air Bawah Tanah di Kawasan Gunung Karst Maros-Pangkep dengan Metode Automata Gas Kisi Boltzmann. Laporan Tahun I Penelitian Hibah Penelitian Makassar: UNM Makassar [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Maros Dalam Angka. Kerjasama BPS Kabupaten Maros dengan BDI Kabupaten Maros, Maros Daryanto, A. dan Oktariadi. 2009. Klasifikasi Kawasan Karst Maros Sulawesi Selatan untuk Menentukan Kawasan Lindung dan Budidaya. Majalah Pusat Lingkungan Geologi, 19(2): 67-81. Departemen Kehutanan. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Periode 2008–2027 Kabupaten Maros dan Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan. Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung: Maros Fauzi, A. 1999. Metode Valuasi Ekonomi Dampak Lingkungan. The Role Economic Valuation in EIA. PPSMI. Universitas Indonesia, Jakarta. Haryono, E. 2001. Nilai Hidrologis Bukit Karst. Seminar Nasional. Yogyakarta: Fakultas Teknik Sipil UGM [JICA] Japan International Cooperation Agency. 2010. The Pre-Feasibility Study for the Kabupaten Maros. Final Report: Jakarta. Khan, J.R. 1998. The Economic Approach to Environmental and Natural Resources. Second Edition. Thomson-Western, New York. Kurniawan, R. 2010. Sistem Pengelolaan Kawasan karst Maros-Pangkep Propinsi Sulawesi Selatan Secara Berkelanjutan. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Kurniawan, R., Eriyatno., Rukman, S. dan Alinda. 2009. Valuasi Ekonomi Jasa Lingkungan Kawasan Karst Maros-Pangkep. Jurnal Ekonomi Lingkungan. 13(1) : 51-60 Nur. 2004. Tim Ekspedisi Gua-Gua Karst Maros: Makassar. Radhika, S. Amirwandi, Hidayat, R., Fauzi, M., dan Hatmoko, W., 2012. Kebutuhan Air di Indonesia. Pusat Litbang Sumber Daya Air: Bandung. Rogers, P.P, 2007, An Introduction Sustainable Development, Glen Education Foundation, Inc. Samani, N. 2001. Response of Karst Aquifers To Rainfall And Evaporation, Maharlu Basin, Iran. Journal of Cave and Karst Studies 63(1): 33-40. Suhardjono dan Yayuk R. 2007. Laporan Teknik 2006. Inventarisasi dan Karakterisasi Biota Karst dan Gua Pegunungan Sewu dan Sulawesi Selatan. Proyek 212. Bidang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) Pusat Penelitian Biologi – LIPI, Bogor.
DOI: https://doi.org/10.22146/jml.18505
Article Metrics
Abstract views : 8370 | views : 7576Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 Jurnal Manusia dan Lingkungan
JML Indexed by:
View My Stats