Cover Image

PRINSIP KERUANGAN BAGI PETANI LADANG TBMBAKAU DI LINGKUNGAN DESA KAPENCAR, LERENG GUNUNG SINDORO, WONOSOBO (The Spatial Principal By the Tobacco Farmer at the Kapencar Village, on the Slope of the Sindoro Mountain, Wonosobo)

https://doi.org/10.22146/jml.18525

Sri VG Rejeki(1*), Nindyo Soewarno(2), Sudaryono Sudaryono(3), Yoyok T. W. Subroto(4), Heddy SA Putra(5)

(1) Jurusan Arsitektur, Fak Arsitektur dan Desain, Unika Soegijapranata, Semarang
(2) Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik, Universitas Gadj ah Mada, Yogyakarta
(3) Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik, Universitas Gadj ah Mada, Yogyakarta
(4) Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik, Universitas Gadj ah Mada, Yogyakarta
(5) Fakultas llmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
(*) Corresponding Author

Abstract


ABSTRAK

Tipologi bangunan rumah Jawa yang ada selama ini, sebagian besar merupakan bagian dari Arsitektur Kraton (Joglo, Trajumas, Limasan), dan sebagian kecil mengungkapkan bangunan pedesaan (srotongan, panggang pe). Tipe-tipe bangunan yang ada itu mengungkapkan karakter dari atap yang melingkupi bangunan, bukan dilihat dari aspek tata ruang sesuai sistem sosialnya. Fenomena menunjukkan sistem tata keruangan di desa Kapencar sangat spesifik sesuai dengan kebutuhan ruang gerak para petani tembakau. Dengan metode penelitian naturalistik kualitatif, riset ini memperoleh hasil bahwa di Kapencar terdapat 3 kelompok masyarakat yang berkaitan dengan tembakau, yaitu: petani pemilik ladang luas/petani priyayi, petani pemilik ladang kecil-buruh tani, dan pengrajin tembakau. Masing-masing kelompok ini memiliki karakter tata ruang bangunan dan lingkungan yang unik, baik dalam skala mikro (sistem keruangan rumah), skala messo (sistem keruangan desa) sampai skala makro (sistem keruangan antara desa). Sesuai dengan kelompok masyarakat, terdapat 3 pola keruangan rumah yaitu bagi petani ladang luas yang mengutamakan ruang jogan dan loteng/pyan, bagi perajin tembakau yang mengutamakan ruang jogan, loteng dan pyan, dan bagi pemilik ladang kecil maupun buruh tani yang mengutamakan pawon sebagai ruang berkumpul.

 

ABSTRACT

The Java Architecture typologies dominated by Kraton Architecture (Joglo, Trajumas, Limasan), and the village/ rural architecture (srotongan, panggang- pe). Those are expressed about the roof type, but not explored about the spatial setting aspect that is suitable the social system.  Some phenomena’s indicated that the spatial setting at the Kapencar Village very specifically, that are suitable with the tobacco farmers activities. By the naturalistic inquiry, the research resulted that the farmer at Kapencar Village divided into three classifications of farmer. Those are the rich farmer/ priyayi farmer, the poor farmer/ farm worker and the craft farmer. Each of them has the uniqueness of spatial setting for both their houses and environment. The uniqueness be applied for the three spatial setting typologies suitable for the classification of farmer. The priority rooms of the priyayi farmer houses are the jogan and loteng/pyan, the priority room of farm craft farmer houses are the jogan, loteng and pyan, and the priority room of the farm worker houses are the pawon as the communal space.





DOI: https://doi.org/10.22146/jml.18525

Article Metrics

Abstract views : 1449 | views : 1360

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2017 Jurnal Manusia dan Lingkungan



JML Indexed by:

  

Web
Analytics View My Stats