Menguras dan menutup sebagai prediktor keberadaan jentik pada kontainer air di rumah

https://doi.org/10.22146/bkm.12303

Fajrin Nur Azizah(1*), Ema Hermawati(2), Dewi Susanna(3)

(1) Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
(2) Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
(3) Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
(*) Corresponding Author

Abstract


Cleaning and closing as predictors of the presence of larvae in water container at home

Purpose: This study evaluated the population practices related to the prevention of dengue in particular to the presence of mosquito larvae in the home. Methods: A cross-sectional study was conducted involving 180 respondents who had containers at home. Knowledge and behavior data were obtained from interviews with questionnaires. The larva presence data was performed by larvae observation with single larvae technique and observation of container condition. Results: Larvae was found in 37 percent of the house. The behavior of the inhabitants still does not support the prevention of mosquito larvae at home, which does not cover containers (40%), does not drain the containers (25%), does not keep larvae (97%), and does not bury used goods (90%). The presence of larvae is related to the act of cleaning and closing the container. Conclusion: Cleaning and closing container are the most influential factors of the presence of larvae. People are advised to clean the container at least once a week and close the container. Primary health care and local government are expected to improve coordination with the community as a preliminary effort in vector and prevention of dengue fever. 
AbstrakTujuan: Penelitian ini mengevaluasi praktik penduduk terkait dengan upaya pencegahan demam berdarah khususnya terhadap  keberadaan jentik nyamuk di rumah. Metode: Penelitian cross-sectional dilakukan melibatkan 180 responden yang memiliki kontainer di rumah. Data pengetahuan dan perilaku diperoleh dari wawancara dengan kuesioner. Data keberadaan jentik dilakukan melalui pengamatan jentik dengan teknik single larva dan observasi kondisi kontainer. Hasil: Jentik ditemukan di 37 persen rumah. Perilaku penduduk masih belum  mendukung pencegahan keberadaan jentik nyamuk di rumah, yang mencakup tidak menutup kontainer (40%), tidak menguras kontainer (25%), tidak memelihara ikan pemakan jentik (97%), dan tidak mengubur barang bekas (90%). Keberadaan larva terkait dengan tindakan menutup kontainer dan menguras kontainer. Simpulan: Menguras dan menutup kontainer adalah faktor paling berpengaruh terhadap keberadaan jentik. Masyarakat disarankan untuk menguras wadah minimal seminggu sekali dan menutup wadah setelah digunakan. Perawatan kesehatan primer dan pemerintah daerah Jonggol diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dengan masyarakat dan kader pemeriksaan nyamuk sebagai usaha awal dalam vektor dan pencegahan demam berdarah.

Keywords


larvae; behavior; containers



References

  1. Kementerian Kesehatan. Pedoman pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta; 2015.
  2. Kementerian Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta; 2014.
  3. BPS. Data Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor. Bogor; 2015.
  4. World Health Organization. Dengue Prevention and Control. 2014.
  5. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Data Kasus Demam Berdarah Dengue 2013-2015. Bogor; 2015.
  6. Hasyimi M, Supratman S, Kusriastuti R, Muchlastriningsih E. Situasi vekor demam berdarah saat kejadian luar biasa (KLB) di Kecamatan Pasarrebo, Jakarta Timur. Media Penelit dan Pengemb Kesehat. 2005;15(2).
  7. Vong S, Khieu V, Glass O, Ly S, Duong V, Huy R, et al. Dengue Incidence in Urban and Rural Cambodia: Results from Population-Based Active Fever Surveillance, 2006–2008. Harris E, editor. PLoS Negl Trop Dis. 2010 Nov 30;4(11):e903.
  8. Aniq L. Hubungan Karakteristik Kontainer dengan Keberadaan Jentik Aedes sp di Wilayah Endemis dan Non Endemis Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Mijen Tahun 2015. Universitas Dian Nuswantoro; 2015.
  9. Ayuningtyas E. Perbedaan Keberadaan Jentik Aedes sp Berdasarkan Karakteristik Kontainer Di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue (Studi Kasus Di Kelurahan Bangetayu Wetan Kota Semarang Tahun 2013). Universitas Negeri Semarang; 2013.
  10. Supriyanto, Cahyono B. Perbandingan Kandungan Minyak Atsiri Antara Jahe Segar dan Jahe Kering. Chem Prog. 2012;5(2):81–5.
  11. Fachriansyah R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes sp Di Desa Wotan Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati Tahun 2011. Universitas Negeri Semarang; 2012.
  12. Yudhastuti R, Vidiyani A. Hubungan kondisi lingkungan, kontainer, dan perilaku masyarakat dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue Surabaya. J Kesehat Lingkung. 2005;1.
  13. Hasyimi M, Aryati Y, Idram SI. Kepadatan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) Aedes sp di Daerah Sulit Air Bersih Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta. J Ekol Kesehat. 2007;6(3):618–23.
  14. Iriani Y. Hubungan antara Curah Hujan dan Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dengue Anak di Kota Palembang. Sari Pediatr. 2012;13(6):378–83.
  15. Damayanti R. Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Praktek 3m Dengan Keberadaan Jentik Aedes sp Pada Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Kepolorejo Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Universitas Diponegoro; 2009.
  16. Notoatmodjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
  17. Jaya, Dwi M, Erniawati I, Anwar. Hubungan Pemberantansan Sarang Nyamuk (PSN) DBD dengan Keberadaan Larva Aedes sp di Wilayah Endemis DBD Kelurahan Kassi-Kassi Kota Makassar. Universitas Hassanudin; 2012.
  18. Hasyimi H, Soekirno M. Pengamatan tempat perindukan Aedes aegypti pada tempat penampungan air rumah tangga pada masyarakat penggua air olahan. J Ekol Kesehat. 2004;3(1).
  19. Green, Lawrence W. Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnosis. Diterjemahkan oleh Zulazmi Namdy, Tafal, Sudarti Kresno, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI: Jakarta; 1980.
  20. Desniawati, Faradillah. Pelaksanaan 3M Plus Terhadap Keberadaan Larva Aedes sp di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Bulan Mei-Juni Tahun 2014. Skripsi.Jurusan Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Msayarakat. UIN Syarif Hidayatullah:Jakarta; 2014.
  21. Hasyimi M, Harmany dan Pangestu. Tempat-Tempat Terkini yang Disenangi Untuk Perkembangbiakan Vektor Demam Berdarah. Media Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 2 Tahun 2009, Hlm71-7.
  22. Departemen Kesehatan RI. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta; 2005.
  23. Sigit S., Hadi U. Hama Pemukiman Indonesia (Pengenalan, Biologi dan Pengendalian). Bogor: Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman IPB; 2006.
  24. Respati YK, Keman S. Perilaku 3M, abatisasi dan keberadaan jentik Aedes hubungannya dengan kejadian demam berdarah dengue. Kesehat Lingkung. 2009;3(1).
  25. Soegijanto S. Demam Berdarah Dengue. Edisi ke-2. Surabaya: Airlangga University Press; 2006.



DOI: https://doi.org/10.22146/bkm.12303

Article Metrics

Abstract views : 2300 | views : 3013

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2018 Berita Kedokteran Masyarakat

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Berita Kedokteran Masyarakat ISSN 0215-1936 (PRINT), ISSN: 2614-8412 (ONLINE).

Indexed by:


Web
Analytics Visitor Counter