Kenapa putus berobat? Bagaimana efektifitas monitoring dalam upaya meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien TB : studi kasus di Provinsi Jawa Tengah

https://doi.org/10.22146/bkm.37688

Riana Dian Anggraini(1*), Wa Ode Siti Orianti(2), Eka Putri Rahayu(3)

(1) Minat KMPK, Universitas Gadjah Mada
(2) Minat KMPK, Universitas Gadjah Mada
(3) Minat KMPK, Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author

Abstract


Succes Rate Provinsi Jawa Tengah empat tahun terakhir ini mengalami trend penurunan dari tahun 2013 sebesar 89,04% dan ditahun 2016 menjadi 68,69%. Intervensi perlu dilakukan untuk mencegah meningkatnya kegagalan pengobatan, epidemi penularan TB dan TB Resisten Obat. Penyebab terbesar dari kegagalan pengobatan adalah putus berobat (DO). Faktor utama penyebab DO yaitu komunikasi antara petugas dengan pasien. System monitoring berfungsi memastikan layanan kesehatan berjalan sesuai prosedur termasuk pengawasan terhadap kepatuhan pengobatan pasien TB. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui faktor penyebab putus berobat pasien TB dari segi petugas kesehatan serta mengetahui efektifitas fungsi monitoring dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan TB.  Kepuasaan pasien terhadap layanan TB yang diterima adalah kunci keberhasilan pengobatan. Kekurangan tenaga dan peningkatan beban kerja dilayanan TB menyebabkan standart kualitas pelayanan belum optimal. Komunikasi antara dokter dan pasien gagal tercipta sehingga tidak ada motivasi penting bagi pasien dalam mematuhi pengobatan. Manager kasus dalam unit klinis berperan penting dalam mengatasi kesenjangan komunikasi dan persepsi antara pasien dengan pemberi layanan. Sepertiga dari pasien DO memutuskan memilih melanjutkan pengobatan non DOTS berisiko berkembang menjadi TB MDR. Buruknya sistem transfer pasien antar faskes menyebabkan pasien TB sulit terlacak pengobatannya. Monitoring dari rekaman medis dan formulir TB untuk memastikan terisi dengan benar dan tepat waktu tidak dilakukan rutin dan berkala. Tidak dilakukan evaluasi monitoring dari pelaksanaan tindak lanjut hasil temuan. Teknologi informasi terbatas pada pelaporan TB ke tingkat pusat sedangkan teknologi reminder belum menjadi pilihan inovasi.  Pemberi layanan TB belum meberikan pelayanan yang bermutu. Monitoring belum berjalan dengan baik karena terbatas sumberdaya. Penggunaan teknologi tinggi untuk monitoring belum menjadi inovasi Pemerintah Jateng dalam mengatasi kepatuhan pengobatan TB. Intervensi yang dilakukan harus komprehensif dan multitarget, antara lain peningkatan konseling dan komunikasi antara dokter dengan pasien, pendidikan dan pelatihan manager kasus, desentralisasi pengobatan, dan monitoring rutin dan berkala terstandart.


Keywords


putus obat; DO; kepatuhan; manager kasus; monitoring

Full Text:

PDF



DOI: https://doi.org/10.22146/bkm.37688

Article Metrics

Abstract views : 1739 | views : 1817

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2018 Berita Kedokteran Masyarakat

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Berita Kedokteran Masyarakat ISSN 0215-1936 (PRINT), ISSN: 2614-8412 (ONLINE).

Indexed by:


Web
Analytics Visitor Counter