Kadar procalcitonin serum abnormal sebagai prediktor mortalitas meningoensefalitis

Abstract

Penyakit meningoensefalitis merupakan penyakit yang memiliki angka mortalitas yang tinggi. Terbatasnya alat diagnosis untuk mendeteksi patogen penyebab meningoensefalitis serta lamanya waktu yang diperlukan untuk kultur patogen mengakibatkan kurang optimalnya penanganan pasien-pasien meningoensefalitis. Kadar procalcitonin serum dapat menjadi alat diagnostik dan prognostik yang lebih cepat agar terapi yang tepat bisa segera diberikan untuk memperbaiki prognosis. Hasil dari berbagai penelitian mengenai kadar procalcitonin serum sebagai prediktor mortalitas masih beragam. Penelitian ini bertujuan menilai peran prognostik kadar procalcitonin serum yang abnormal terhadap mortalitas selama perawatan pada pasien meningoensefalitis. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kohort retrospektif dengan pengambilan data dari rekam medis. Subjek penelitian adalah pasien dewasa dengan diagnosis meningitis, ensefalitis atau meningoensefalitis, yang dikelompokkan menjadi 25 sampel dengan kadar ProCT abnormal ≥0,1 ng/ml dan normal <0,1 ng/ml  sebanyak 25 sampel, kemudian diikuti outcome berupa meninggal atau hidup. Pada analisis bivariat, didapatkan jenis kelamin dan hiponatremia berhubungan dengan terjadinya kematian dan bermakna secara statistik, sedangkan kadar procalcitonin serum tidak berpengaruh terhadap kematian (p =0,564; RR 1,222; 95%CI 0,616-2,424). Pada analisis multivariat menunjukkan variabel sepsis sebagai variabel yang memodifikasi kemaknaaan procalcitonin serum terhadap kematian. Hasil dari penelitian ini mendapatkan pasien meningoensefalitis dengan kadar procalcitonin serum abnormal (≥0,1 ng/ml) tidak memiliki mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan pasien dengan kadar procalcitonin serum normal (<0,1 ng/ml). Sepsis merupakan faktor yang memodifikasi kemaknaan procalcitonin serum terhadap mortalitas.