Diperlukan Kepemimpinan Spesialis dalam Mencapai MDG4 dan MDG5: Apakah Perlu Pengajaran Kepemimpinan untuk Para Residen?
Laksono Trisnantoro(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Data terbaru menunjukkan bahwa sebagian
besar kematian ibu dan bayi di Jawa berada di rumah
sakit dan sistem rujukan. Di Nusa Tenggara Timur
(NTT) sedang terjadi proses perpindahan tempat
kematian dari rumah ke fasilitas, dan bergerak ke
rumah sakit. Keadaan ini menjadikan sebuah tantangan
baru bagi dokter SpOG dan dokter SpA untuk
mempercepat penurunan kematian ibu. Pada konteks
penurunan kematian ibu, mutlak diperlukan peran
dokter SpOG dan dokter SpA dan kepemimpinannya.
Hal ini wajar karena secara teknis kesehatan
ibu dan kesehatan anak, dokter SpOG dan dokter
SpA menjadi pemimpin di lapangan (playing-captain)
untuk penurunan kematian ibu. Tim kesehatan yang
dipimpin termasuk dokter spesialis lain yang terkait
KIA (misal anastesi dan penyakit dalam), dokter
umum di rumah sakit, bidan di rumah sakit, dan
perawat rumah sakit.
Salah satu tugas penting dari para spesialis
adalah memimpin tim teknis pelayanan kesehatan
ibu dan anak di rumah sakit PONEK 24 jam dan
sistem rujukannya. Kepemimpinan teknis medik ini
sangat penting karena evidence di berbagai negara
menunjukkan tanpa mutu pelayanan klinik dan
rujukan yang baik, penurunan kematian ibu dan anak
akan sulit tercapat. Pertanyaan penting adalah
bagaimana situasi kepemimpinan spesialis untuk
MDG4 dan MDG5 dan apakah kepemimpinan
spesialis sudah diajarkan di pendidikan residensi.
Gambaran mengenai pendidikan kepemimpinan
di program residensi saat ini memang masih belum
ditangani secara sistematis. Di dalam pendidikan
residen kebidanan dan kandungan, topik kepemimpinan
memang satu dari sekian banyak kompetensi
yang harus dimiliki residen. Kepemimpinan termasuk
soft competency sehingga kadang-kadang tidak
diformalkan. Topik ini diberikan saat ada penugasan
keluar daerah yang merupakan cara untuk memantau
kemampuan soft competency.
Di dalam pendidikan kesehatan anak, topik kepemimpinan
sudah termasuk ke dalam modul spesialis
anak. Hal ini terwujud dalam stase dari pendidikan
spesialis anak, yaitu pada saat menjadi chief
di masing-masing bangsal. Namun leadership ini
masih terbatas pada peran dokter spesialis anak
pada kasus yang ditangani. Kepemimpinan dokter
spesialis anak dalam cakupan yang lebih luas belum
dituangkan secara langsung dalam modul pendidikan.
Di dalam pelatihan setelah menjadi spesialis
memang belum banyak yang dikerjakan di kesehatan
ibu dan anak.Topik kepemimpinan belum menjadi
isu penting dalam pendidikan profesi berkelanjutan.
Apabila dilihat ke agenda-agenda pertemuan kesehatan
ibu dan anak oleh ikatan profesi, belum banyak
materi yang mengarah ke kepemimpinan dalam
usaha mencapai MDG4 dan MDG5.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan untuk SpOG dan SpA merupakan
kebutuhan dan salahsatu prasyarat untuk
percepatan pencapaian MDG. Beranjak dari situasi
ini kolegium perlu diperkenalkan lebih dulu mengenai
leadership pada saat pertemuan ilmiah tahunan
POGI atau IDAI dan kongres-kongresnya. Modul
pelatihan leadership untuk para spesialis perlu
segera dikembangkan karena modul pendidikan
spesialis baru mencakup leadership sebatas kasuskasus
yang ditangani. Oleh karena itu diperlukan
tindakan segera untuk melaksanakan.
Ada beberapa usulan untuk pengembangan modul:
Pertama adalah keterlibatan ikatan profesi. Oleh
karena itu, modul kepemimpinan yang disusun
sebaiknya melibatkan POGI dan IDAI. Keterlibatan
ikatan profesi ini menunjukkan komitmen untuk
pencapaian MDG4 dan MDG5. Kedua, dalam pelaksanaannya
sebaiknya modul pelatihan kepemimpinan
perlu berbasis pada web sehingga mudah
diakses. Kemudahan ini penting untuk menjangkau
hampir 500 kabupaten yang membutuhkan kepemimpinan
spesialis. Sebagai catatan, sasaran jangka
pendek untuk dokter SpOG dan dokter SpA yang
berada di rumah sakit - rumah sakit PONEK sebaiknya
dimulai tahun ini untuk mempercepat pencapaian
MDG4 dan MDG5. Ketiga, diperlukan banyak
instruktur yang menguasai leadership ini sehingga
perlu training of facilitator untuk mempelajari leadership.
Instruktur-instruktur ini merupakan tulang
punggung dalam usaha penyebaran kepemimpinan
di dokter SpOG dan SpA. Laksono Trisnantoro
(trisnantoro@yahoo.com)
besar kematian ibu dan bayi di Jawa berada di rumah
sakit dan sistem rujukan. Di Nusa Tenggara Timur
(NTT) sedang terjadi proses perpindahan tempat
kematian dari rumah ke fasilitas, dan bergerak ke
rumah sakit. Keadaan ini menjadikan sebuah tantangan
baru bagi dokter SpOG dan dokter SpA untuk
mempercepat penurunan kematian ibu. Pada konteks
penurunan kematian ibu, mutlak diperlukan peran
dokter SpOG dan dokter SpA dan kepemimpinannya.
Hal ini wajar karena secara teknis kesehatan
ibu dan kesehatan anak, dokter SpOG dan dokter
SpA menjadi pemimpin di lapangan (playing-captain)
untuk penurunan kematian ibu. Tim kesehatan yang
dipimpin termasuk dokter spesialis lain yang terkait
KIA (misal anastesi dan penyakit dalam), dokter
umum di rumah sakit, bidan di rumah sakit, dan
perawat rumah sakit.
Salah satu tugas penting dari para spesialis
adalah memimpin tim teknis pelayanan kesehatan
ibu dan anak di rumah sakit PONEK 24 jam dan
sistem rujukannya. Kepemimpinan teknis medik ini
sangat penting karena evidence di berbagai negara
menunjukkan tanpa mutu pelayanan klinik dan
rujukan yang baik, penurunan kematian ibu dan anak
akan sulit tercapat. Pertanyaan penting adalah
bagaimana situasi kepemimpinan spesialis untuk
MDG4 dan MDG5 dan apakah kepemimpinan
spesialis sudah diajarkan di pendidikan residensi.
Gambaran mengenai pendidikan kepemimpinan
di program residensi saat ini memang masih belum
ditangani secara sistematis. Di dalam pendidikan
residen kebidanan dan kandungan, topik kepemimpinan
memang satu dari sekian banyak kompetensi
yang harus dimiliki residen. Kepemimpinan termasuk
soft competency sehingga kadang-kadang tidak
diformalkan. Topik ini diberikan saat ada penugasan
keluar daerah yang merupakan cara untuk memantau
kemampuan soft competency.
Di dalam pendidikan kesehatan anak, topik kepemimpinan
sudah termasuk ke dalam modul spesialis
anak. Hal ini terwujud dalam stase dari pendidikan
spesialis anak, yaitu pada saat menjadi chief
di masing-masing bangsal. Namun leadership ini
masih terbatas pada peran dokter spesialis anak
pada kasus yang ditangani. Kepemimpinan dokter
spesialis anak dalam cakupan yang lebih luas belum
dituangkan secara langsung dalam modul pendidikan.
Di dalam pelatihan setelah menjadi spesialis
memang belum banyak yang dikerjakan di kesehatan
ibu dan anak.Topik kepemimpinan belum menjadi
isu penting dalam pendidikan profesi berkelanjutan.
Apabila dilihat ke agenda-agenda pertemuan kesehatan
ibu dan anak oleh ikatan profesi, belum banyak
materi yang mengarah ke kepemimpinan dalam
usaha mencapai MDG4 dan MDG5.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan untuk SpOG dan SpA merupakan
kebutuhan dan salahsatu prasyarat untuk
percepatan pencapaian MDG. Beranjak dari situasi
ini kolegium perlu diperkenalkan lebih dulu mengenai
leadership pada saat pertemuan ilmiah tahunan
POGI atau IDAI dan kongres-kongresnya. Modul
pelatihan leadership untuk para spesialis perlu
segera dikembangkan karena modul pendidikan
spesialis baru mencakup leadership sebatas kasuskasus
yang ditangani. Oleh karena itu diperlukan
tindakan segera untuk melaksanakan.
Ada beberapa usulan untuk pengembangan modul:
Pertama adalah keterlibatan ikatan profesi. Oleh
karena itu, modul kepemimpinan yang disusun
sebaiknya melibatkan POGI dan IDAI. Keterlibatan
ikatan profesi ini menunjukkan komitmen untuk
pencapaian MDG4 dan MDG5. Kedua, dalam pelaksanaannya
sebaiknya modul pelatihan kepemimpinan
perlu berbasis pada web sehingga mudah
diakses. Kemudahan ini penting untuk menjangkau
hampir 500 kabupaten yang membutuhkan kepemimpinan
spesialis. Sebagai catatan, sasaran jangka
pendek untuk dokter SpOG dan dokter SpA yang
berada di rumah sakit - rumah sakit PONEK sebaiknya
dimulai tahun ini untuk mempercepat pencapaian
MDG4 dan MDG5. Ketiga, diperlukan banyak
instruktur yang menguasai leadership ini sehingga
perlu training of facilitator untuk mempelajari leadership.
Instruktur-instruktur ini merupakan tulang
punggung dalam usaha penyebaran kepemimpinan
di dokter SpOG dan SpA. Laksono Trisnantoro
(trisnantoro@yahoo.com)
DOI: https://doi.org/10.22146/jmpk.v15i01.2509
Article Metrics
Abstract views : 933Refbacks
- There are currently no refbacks.