Dualisme Elite Kerajaan Badung dan Kerajaan Buleleng Pada Masa Revolusi di Bali, 1945-1950

https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.99137

Putu Dyah Pradnya Paramitha(1*)

(1) Universitas Udayana
(*) Corresponding Author

Abstract


Studi ini membahas tentang terjadinya konflik internal antar elite kerajaan di Bali pada masa Revolusi 1945-1950, khususnya di Kerajaan Badung dan Kerajaan Buleleng. Konflik ini ternyata memang sudah mengakar sejak lama yang disebabkan oleh adanya sistem kasta (wangsa) dan akhirnya memuncak dengan ditambahnya suasana revolusi. Terdapat tiga varian elite yang ditemukan dalam studi  ini,  antara  lain:  Elite  Kerajaan  Federalisme Bukan  Republiken,  Elite Kerajaan Republiken Kesatuan (Non-Kooperatif), dan Elite Kerajaan Republiken Federalisme (Kooperatif). Adapun rumusan masalah dalam studi ini meliputi: (1) Mengapa terjadi perbedaan pilihan politik antar sesama elite kerajaan?; (2) Apa motivasi pilihan politik dari elite kerajaan serta bagaimana konsekuensinya?; dan (3) Apa implikasi dari konflik antar sesama elite kerajaan?. Dalam penelitian ini menggunakan fokus kajian berupa sejarah sosial dimana aspek interpretasi dalam penelitian   ini   lebih  ditekankan.   Hasil   penelitian   mengungkapkan   bahwa masyarakat Bali, khususnya Badung dan Buleleng, masih dipengaruhi oleh unsur- unsur kasta dan ikatan tradisional lainnya, seperti ikatan patrimonial dan patron- klien. Ikatan kekerabatan antara elite kerajaan juga sangat kuat, sehingga konflik diantara kalangan elite kerajaan ini tidak berlangsung lama.


Keywords


elite kerajaan; federalisme; republiken; kesatuan; konflik sosial; sistem kasta; royal elite; federalism; republicans; unity; social conflict; caste system

Full Text:

PDF


References

Buku

Eisenstaad (1986). Revolusi dan Transformasi Masyarakat. Jakarta: CV Rajawali.

Gorda, I Gusti Ngurah (2005). Biografi Anak Agung Pandji Tisna: Raja Buleleng, Budayawan, Pendidik, dan Pelopor Pariwisata. Denpasar: Asta Brata.

Herzfeld, Michael (2002). The Absent Presence: Discourses of Crypto-Colonialism. Duke University Press.

Howe, Leo (2001). Hinduism and Hierarchy in Bali. Oxford: James Curry.

I Gusti Ngurah Bagus (1995). “Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.” Dalam Koentjaraningrat (ed.), Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

I Made Pageh (2011). Kepahlawanan dan Perjuangan Sejarah Sekitar Proklamasi Kemerdekaan NKRI: Konteks Lampah Mr. I Gusti Ketut Pudja, 1908-2010. Denpasar: Pustaka Larasan.

Keller, Suzanne (1984). Penguasa dan Kelompok Elite Penentu dalam Masyarakat Modern. Jakarta: CV Rajawali.

Ketut Wiana (2007). Tri Hita Karana: Menurut Konsep Hindu. Surabaya: PARAMITA.

Kuntowijoyo (2003). Metodologi Sejarah edisi kedua. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Kuntowijoyo (2004). Raja, Priyayi, dan Kawula: Surakarta, 1900-1915. Yogyakarta: Ombak.

Kuntowijoyo (2017). Petani, Priyayi, dan Mitos Politik. Yogyakarta: Labirin.

Legg, Keit R. (1983). Tuan, Hamba, dan Politicy (terj.). Jakarta: Sinar Harapan.

Munandar, Agus Aris (2005). Istana Dewa Pulau Dewata: Makna Puri Bali Abad Ke-14 – 19. Jakarta: Komunitas Bambu.

Niel, Robert van (1960). The Emergence of the Modern Indonesian Elite. Sgravenhage: W van Hoeve.

Nordholt, Henk Schulte (2006). The Spell of Power: Sejarah Politik Balli 1650-1940. Denpasar: Pustaka Larasan.

Pareto, Vilfredo (1968). The Rise and The Fall of The Elites: An Aplication of Theoritical Sociology. New Jersey: The Bed Minstek Press Incorporation.

Sutherland, Heather (1983). Terbentuknya Sebuah Elite Birokrasi. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

Sutrisno, Mudji & Hendar Putranto (ed.) (2005). Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Tim Sejarah Yayasan Kerta Budaya (2011). Perjalanan Arya Damar dan Arya Kenceng di Bali. Denpasar: Pustaka Larasan.

Wirawan, Anak Agung Bagus (2012). Pusaran Revolusi Indonesia di Sunda Kecil 1945-1950. Denpasar: Udayana University Press.

Jurnal dan Surat Kabar

Anon (2022). “Pasametonan Warga Ageng Lanang Cepaka Pemecutan Gelar Donor Darah.” Harian Nusa Bali, 11 Juli 2022.

Ginarsa, Ketut (1955). “Sedjarah Buleleng.” Bahasa dan Budaya 6, Tahun III. Jakarta: Balai Pustaka.

I Gusti Ngurah Bagus (1987). “Masalah Demokrasi, Kekuasaan, dan Konflik Sosial: Kajian Pendahuluan Tentang Pemuda Pejuang Dalam Tahun Lima Puluhan di Bali.” Widya Pustaka 3. Denpasar: Fakultas Sastra UNUD.

Mrazek, Rudolf (2004). “Bypasses and Flyovers: Approaching the Metropolitan History of Indonesia.” Social History 29, 4. Taylor & Francis.

Sendra, I Made (2013). “Pergolakan Elite dalam Panggung Politik di Bali 1945-1950.” Jurnal Kajian Bali 3, 1. Denpasar: Jurnal Kajian Bali.

Suwignyo, Agus (2013). “The Great Depression and the Changing Trajectory of Public Education Policy in Indonesia, 1930-42.” Journal of Southeast Asian Studies 44, 3. Cambridge University Press.



DOI: https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.99137

Article Metrics

Abstract views : 1650 | views : 765

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2025 Lembaran Sejarah

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


ISSN 2620-5882(online) | © 2025 Lembaran Sejarah

View My Stats