HAEM, DIEM atau OEM?
Agam Ferry(1*), Tenny Setiani Dewi(2)
(1) Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran, RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung, Jawa Barat
(2) Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat
(*) Corresponding Author
Abstract
Diagnosis erythema multiforme (EM) diklasifikasikan menjadi tipe mayor dan minor. EM dapat dipicu oleh obat (drug-induced erythema multiforme/ DIEM) atau infeksi virus herpes simplex (herpes associated erythema multiforme/ HAEM), dengan dua gambaran utama: lesi target tipikal atau atipikal pada kulit dan nekrosis sel satelit atau epitelium yang luas. Oral erythema multiforme (OEM) dimasukkan dalam klasifikasi diagnosis EM kategori ketiga selain tipe mayor dan minor dengan gambaran klinis berupa ulserasi pada bibir dan mukosa intra oral khas EM, tanpa disertai lesi target di kulit. Seorang wanita, 14 tahun, datang ke Poli Ilmu Penyakit Mulut SMF Gimul RSHS setelah sebelumnya dirujuk dari bagian Bedah Mulut RSHS dengan diagnosa suspek EM. Pada pemeriksaan ekstra oral terlihat lesi krusta berwarna coklat kehitaman pada bibir atas dan bawah, yang diakui pasien muncul setelah mengkonsumsi obat untuk penyakit kulit yang dideritanya dan mengganggu aktivitas bicara serta makan. Pasien diterapi menggunakan salep steroid racikan selama 1 minggu disertai instruksi untuk menghentikan pemakaian obat untuk penyakit kulitnya. Pasien meperlihatkan perbaikan yang signifikan pada kunjungan kontrol 1 minggu. Diagnosis suspek DIEM dan suspek Lesi oral terkait hipersensitivitas ditegakkan pada pasien ini. berdasarkan pertimbangan adanya pengaruh medikasi untuk pengobatan kelainan kulit yang dideritanya. Hasil pemeriksaan IgE negatif dan IgG anti HSV-1 yang reaktif serta hasil observasi pada kunjungan kontrol lebih lanjut, juga mengarahkan penegakkan diagnosis HAEM dan OEM. Penting mendiagnosa EM dengan baik, agar mampu melakukan tatalaksana dini yang tepat, untuk mendapatkan prognosis yang baik.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
1. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot J. Oral, and Maxillofacial Pathology, 3rd Edition - 9781416034353. 3rd ed. Saunders; 2009.
2. Joseph TI, Vargheese G, George D, Sathyan P. Drug-induced oral erythema multiforme: A rare and less recognized variant of erythema multiforme. J Oral Maxillofac Pathol. 2012; 16(1): 145-148. doi: 10.4103/0973-029X.92995.
3. A Simbli M. Erythema multiforme: challenging diagnosis for internists. J Clin Case Reports. 2013; 3(7). doi: 10.4172/2165-7920.1000285.
4. Ayangco L, Rogers RS. Oral manifestations of erythema multiforme. Dermatol Clin. 2003; 21(1): 195-205. doi: 10.1016/S0733-8635(02)00062-1.
5. Burnett JW, Laing JM, Aurelian L. Acute skin eruptions that are positive for herpes simplex virus DNA polymerase in patients with stem cell transplantation: a new manifestation within the erythema multiforme reactive dermatoses. Arch Dermatol. 2008; 144(7): 902-907. doi: 10.1001/archderm.144.7.902.
6. Kennett S. Erythema multiforme affecting the oral cavity. Oral Surg Oral Med Oral Pathol. 1968; 25(3): 366-373. doi: 10.1016/0030-4220(68)90010-8.
7. Bean SF, Quezada RK. Recurrent oral erythema multiforme. Clinical experience with 11 patients. JAMA. 1983; 249(20): 2810-2812. doi: 10.1001/JAMA.1983.03330440048031.
8. Scully C, Bagan J. Oral mucosal diseases: erythema multiforme. Br J Oral Maxillofac Surg. 2008; 46(2): 90-95. doi: 10.1016/j.bjoms.2007.07.202.
9. Bajaj P, Sabharwal R, Mohammed RP, Garg D, Kapoor C, Bajaj Professor P. Erythema Multiforme Classification and Immunopathogenesis. J Adv Med Dent Scie. 2013; 1(2): 40-47.
DOI: https://doi.org/10.22146/mkgk.55770
Article Metrics
Abstract views : 1230 | views : 2338Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.