A DISCURSIVE STRATEGY TO MAINTAIN THE CULTURAL ISLAM-POLITICAL ISLAM POWER RELATION IN INDONESIA IN TRIWIKROMO’S “LENGTU LENGMUA” (2012)
Sehla Rizqa Ramadhona(1*)
(1) Universitas Jenderal Soedirman
(*) Corresponding Author
Abstract
This study aims to reveal the discursive play of the short story “Lengtu Lengmua” (2012) by Triyanto Triwikromo in maintaining the unequal power relation in Indonesia. The study is carried out on the basis of Norman Fairclough’s Critical Discourse Analysis that elaborates intertextuality theory and social theory of discourse. The research questions are what discourses influence “Lengtu Lengmua”’s celeng construction? and what political interests are supported and legitimized by “Lengtu Lengmua”’s celeng construction? It is a descriptive qualitative study for which data were collected using a note-taking technique. The relationships between data are elucidated by describing how the text of the short story, its production and the interpretation process are connected to the prevailing social conditions in Indonesia. The results show that: (1) “Lengtu Lengmua” represents, manipulates, negates, and transcends the discourse that sees that “celeng is a despicable animal” from the texts of Berburu Celeng (1998), Celeng Dhegleng (1998), and Tak Enteni Keplokmu (2000); and (2) to generate a notion of celeng as a noble animal, “Lengtu Lengmua” also configures the existing discourse conventions, namely conventions that are related to magical realism, Javanese society, children, Islamic shari’ah, and Islamic makrifat. These two results indicate that “Lengtu Lengmua” gives a new meaning to celeng and recontextualizes the celeng, which in previous texts is associated with human greed (i.e. capitalistic and corrupt), in religious issues especially those related to the contradiction between political Islam and cultural Islam. In turn, this discursive play has contributed to the formation of political Islam-cultural Islam power relation in recent years in Indonesia where cultural Islam occupies a dominant position.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap permainan diskursif cerpen “Lengtu Lengmua” (2012) karya Triyanto Triwikromo dalam pemertahanan relasi kuasa yang tidak setara di Indonesia. Kajian dalam penelitian ini mengacu pada Analisis Wacana Kritis dari Norman Fairclough yang mengelaborasi teori intertekstualitas dan teori sosial wacana. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah wacana apa yang memengaruhi konstruksi celeng “Lengtu Lengmua” dan kepentingan politik apa yang didukung dan dilegitimasi oleh konstruksi celeng “Lengtu Lengmua”. Kajian ini menggunakan metode penjabaran deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data simak-catat. Hubungan antardata dikaji melalui deskripsi atau penjelasan bagaimana teks cerpen, proses produksi dan interpretasinya berkaitan dengan kondisi sosial yang melatar belakangi cerita dalam cerpen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) “Lengtu Lengmua” merepresentasikan, memanipulasi, menegasikan, dan melampaui wacana “celeng adalah hewan hina” dari teks Berburu Celeng (1998), Celeng Dhegleng (1998), dan Tak Enteni Keplokmu (2000); (2) “Lengtu Lengmua” juga mengonfigurasikan konvensi-konvensi wacana yang ada untuk menghasilkan konstruksi celeng sebagai hewan mulia, yaitu konvensi wacana realisme magis, masyarakat Jawa, anak-anak, Islam syariat, dan Islam makrifat. Kedua hasil penelitian ini menunjukkan bahwa “Lengtu Lengmua” memberikan makna baru atas celeng dan membawa representasi celeng, yang pada teks-teks sebelumnya diidentikkan dengan kerakusan manusia yang kapitalistik dan korup, ke dalam konteks persoalan keagamaan khususnya yang terkait dengan pertentangan antara Islam politik dan Islam kultural. Pada gilirannya, permainan diskursif ini berkontribusi pada pembentukan relasi kuasa Islam politik-Islam kultural pada tahun-tahun terakhir di Indonesia di mana Islam kultural menduduki posisi yang dominan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Adiwilaga, R. (2017). GERAKAN ISLAM POLITIK DAN PROYEK HISTORIS PENEGAKAN ISLAMISME DI INDONESIA. Jurnal Wacana Politik, 2(1). https://doi.org/10.24198/jwp.v2i1.11373
Administrator Tempo. (2000). Polisi Moral di Rimba Metropolitan. https://majalah.tempo.co/read/selingan/111256/polisi-moral-di-rimba-metropolitan
Afifi, A. al-’Ala. (1963). Al-Tasawuf al-Tsauroh al-Ruhiyah fi al-Islam. Dar al-Ma’arif.
Amrullah, A. (2017). Ada Snouck Hurgronje di Pemisahan Agama dan Kepercayaan. https://republika.co.id/berita/nasional/umum/17/11/15/ozgqzj318-ada-snouck-hurgronje-di-pemisahan-agama-dan-kepercayaan
Ayatullah, A. L. (2014). Korupsi dalam Wacana Pers Lokal: Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough terhadap Teks Berita Kasus Hambalang tahun 2013 pada Surat Kabar Malang Post. 3, 16.
Eligia, H. W., Priyadi, A. T., & Muzammil, A. R. (2015). Unsur Retorika dalam Kumpulan Cerita Pendek Celeng Satu Celeng Semua Karya Triyanto Triwikromo. 16.
Fairclough, N. (1996). Language and Power. Longman Inc.
Fairclough, N. (2009). Discourse and Social Change (Reprinted). Polity Press.
Faiz, A. (2019). Hadiri Peringatan Natal, Jokowi: Negara Jamin Kebebasan Beragama. https://nasional.tempo.co/read/1288574/hadiri-peringatan-natal-jokowi-negara-jamin-kebebasan-beragama/full&view=ok
Faris, W. B. (2004). Ordinary Enchantments. Vanderbilt University Press.
Faruk. (2018). Nasionalisme Puitis: Sastra, Politik dan Kajian Budaya. Pustaka Pelajar.
Hikam, M. AS. (1996). Demokrasi dan Civil Society. Pustaka LP3ES.
Kristeva, J., & Moi, T. (1986). The Kristeva Reader. Columbia University Press.
Kurnia, E. D. (2013). Penggunaan Leksem Binatang dalam Peribahasa Jawa. 9, 14–15.
Kurniawati, N. (2018). Prinsip Jalan Tengah ‘Zhong Yong’ Lu Xun: Pendekatan Analisis Wacana Kritis. 14, 269–286.
Kusuma, E. A. (2016). World View about Spiritualism in the Short Stories Collection Celeng Satu Celeng Semua by Triyanto Triwikromo. 5. http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/bsi/article/view/2882
Muhammad, F. (2017). DINAMIKA PEMIKIRAN DAN GERAKAN POLITIK NAHDLATUL ULAMA. KALAM, 10(2), 57. https://doi.org/10.24042/klm.v9i1.320
Nariswari, F. S. (2019). Kumpulan Cerpen Celeng Satu Celeng Semua Karya Triyanto Triwikromo: Sebuah Metafora Tuhan. 2, 1–91.
Permita, M. R. (2019). Bencana Lumpur Lapindo: Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough. 15.
https://jalabahasa.kemdikbud.go.id/index.php/jalabahasa/article/view/396
Prasetya, E. (2018). Hari-Hari Jelang Reformasi, 20 Tahun Lalu, dalam Gambar dan Catatan. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-44192970
Rahardjo, M. D. (2005). Kala MUI Mengharamkan Pluralisme. https://nasional.tempo.co/read/64630/kala-mui-mengharamkanpluralisme
Renhoard, J. M. (2019). Politik Identitas Era Orde Baru di Indonesia Memasuki Era Reformasi. 6, 115–131.
Rosyada, A. (2020). Apa Dampak Politisasi Fatwa MUI bagi Indonesia? The Conversation. https://theconversation.com/apa-dampak-politisasifatwa-mui-bagi-indonesia-130701
Sahid, R. (2019). Kemajuan Politik dan Peradaban Islam di Bawah Pemerintahan Jokowi. https://kumparan.com/rahmat-sahid/kemajuan-politikdan-peradaban-islam-di-bawah-pemerintahanjokowi-1rL8rSq1A7f/full
Said, E. W. (2003). Orientalism. Penguin Classics.
Sindhunata. (2000). Tak Enteni Keplokmu: Tanpa Bunga dan Telegram Duka. PT Gramedia Pustaka Utama.
Stefanie, C. (2017). Jokowi Tegaskan UU Ormas untuk Lindungi Pancasila. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171026105856-20-251210/jokowi-tegaskan-uu-ormas-untuk-lindungipancasila
Taimiyah, al-I. A. I. (1991). Majmu’u Fatawa. Daru’alamu al-Kutub.
Tanthowi, P. U. (2019). Muhammadiyah dan Politik: Landasan Ideologi Bagi Artikulasi Konstruktif. MAARIF, 14(2), 93–113. https://doi.org/10.47651/mrf.v14i2.65
Thaba, A. A. (1996). Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru. Gema Insani Press.
Triwikromo, T. (2013). Celeng Satu Celeng Semua. Gramedia Pustaka Utama.
Ubaid, A., & Bakir, M. (2015). Nasionalisme dan Islam Nusantara. Kompas.
Yahya, A. N. (2020). Pembubaran dan Penghentian Aktivitas FPI Diputus 6 Pejabat Tinggi
Negara. https://nasional.kompas.com/read/2020/12/30/12522671/pembubarandan-penghentian-aktivitas-fpi-diputus-6-pejabattinggi-negara
DOI: https://doi.org/10.22146/poetika.v9i2.64116
Article Metrics
Abstract views : 1352 | views : 1252Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 Poetika: Jurnal Ilmu Sastra
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.