The Importance of Community Coalition to Prevent Dengue Fever: An Ethnographic Study in Sidoluhur Village, Sleman District, Yogyakarta Special Region

https://doi.org/10.22146/tmj.37185

Muhammad Sohel Rana(1*), Fatwa Sari Tetra Dewi(2), Retna Siwi Padmawati(3)

(1) Student of International Health of Masters of Public Health, Postgraduate Program in Public Health, Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
(2) Department of Public Health, Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.
(3) Department of Public Health, Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.
(*) Corresponding Author

Abstract


Intrduction: Dengue fever is an emerging pandemic-prone viral disease in many parts of the world also in Indonesia. Java Island contributed about 71% of all cases occurring in the country. Sleman District represented nearly 30% of total infections in Yogyakarta Province. Godean sub-district contributes 89 cases in 2013 and most of them were come from Sidoluhur village. Instead of community activities Dengue cases are increasing every year. Vector control is one way to control it. This research was tried to explore how community coalition can prevent Dengue fever cases and how Dengue vector can be controlled by engaging community. 

Methods: This research was used ethnographic study. For collecting data in-depth interview and participatory observation was conduct. Collecting data and analysis data was done simultaneously.

Results: Community in Sidoluhur village aware that Dengue fever is a serious health problem. With local knowledge, believes, customs, practice and attitudes community people are most influenced group. After getting fever people try to apply their own knowledge for prevention. Most of them do not know the reason of Dengue spread, how it breed, where it breed also how to control. Practices of Dengue prevention like Friday cleaning movement, mosquito eradication flick and child health task force are good programs but absent of continuity so Dengue cases are increasing. Cultural and medical health seeking behaviors were seen among the people. For building coalition capacity sharing information is also immobile.

Conclusion: Dengue fever is still remaining a strong factor that influences public health care in Sidoluhur village. To control Dengue fever capacity building, policy implementation based on community, networking among stakeholders, blending the cultural and medical knowledge of Dengue and overall comprehensive Dengue control approaches need to be developed. 

Keywords:  Dengue fever, community coalitions, social capital, working group.

ABSTRAK

Pendahuluan: Demam Dengue adalah penyakit viral yang berpotensi menimbulkan pandemik di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pulau Jawa menyumbang sekitar 70% dari seluruh kasus di Indonesia. Kabupaten Sleman menyumbang hampir 30% total infeksi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Godean menyumbang 89 kasus di tahun 2013 yang sebagian besar berasal dari desa Sidoluhur. Meskipun berbagai kegiatan pencegahan sudah dilakukan oleh masyarakat, kasus demam Dengue terus meningkat setiap tahunnya. Pengendalian vektor nyamuk merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mencegah demam Dengue. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana koalisi masyarakat di desa Sidoluhur dapat mencegah kasus demam Dengue dan bagaimana vektor Dengue dapat dikendalikan dengan melibatkan masyarakat.

Metode: Penelitian ini merupakan Studi Etnografi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (in-depth interview) dan pengamatan partisipatif. Data dianalisis dan disajikan secara deskriptif.

Hasil: Masyarakat desa Sidoluhur menyadari kalau Demam Dengue merupakan masalah kesehatan yang serius. Tetapi, dengan pengetahuan lokal, kepercayaan, kebiasaan, praktik dan sikap yang dimiliki, masyarakat awam meruapakan kelompok yang rentan untuk terjangkit demam Dengue. Apabila terkena serangan demam, masyarakat akan mecoba menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk mengobati demam dan mencegah perkembangan penyakit.  Sebagian besar masyarakat tidak tahu bagaimana cara penyebaran Dengue, bagaimana dan di mana nyamuk berkembang biak dan bagaimana cara mengendalikan perkembangbiakan nyamuk tersebut. Praktik-praktik pencegahan demam Dengue seperti Gerakan Jumat Sehat, Pemberantasan Jentik Nyamuk dan satuan Tugas Kader Kesehatan Cilik merupakan program yang bagus tetapi tidak dilaksanakan secara kontinu sehingga kasus demam Dengue terus meningkat.  Budaya dan kesadaran masyarakat untuk mencari pertolongan medis sudah cukup baik.  Pengembangan kapasitas koalisi masyarakat perlu ditingkatkan karena kurangnya sharing informasi dalam masyarakat.

Simpulan: Demam Dengue merupakan faktor kuat dalam menentukan pelayanan kesehatan masyarakat di desa Sidoluhur. Untuk mengendalikan kasus demam Dengue, pembangunan kapasitas, implementasi kebijakan berdasarkan kondisi masyarakat, kerjasama antar stakeholder, menyelaraskan budaya dan pengetahuan medis tentang Dengue dan pengendalian Dengue dengan pendekatan komprehensif perlu untuk dikembangkan.

Kata kunci:  demam Dengue, koalisi masyarakat, modal sosial, kelompok kerja.


Keywords


Dengue fever, community coalitions, social capital, working group.

Full Text:

PDF



DOI: https://doi.org/10.22146/tmj.37185

Article Metrics

Abstract views : 1770 | views : 1294

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


web analytics View My Stats