Isi Artikel Utama

Abstrak

Tulisan ini mencoba untuk melihat proses kehadiran kelompok vigilante bernama Brigade Manguni dalam masyarakat Minahasa pasca reformasi. Berbeda dari beberapa studi terdahulu yang melihat kehadiran kelompok vigilante dalam konteks relasi negara dan masyarakat, Brigade Manguni (BM) hadir sebagai faksi dari institusi keagamaan, yaitu gereja dalam masyarakat Minahasa-Kristen, atau Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM). Faksi tersebut hadir untuk mempertahankan identitas Minahasa-Kristen saat peristiwa Konflik Poso antara kelompok Kristen dan Islam yang menyebabkan banyak korban dari pihak Kristen. Penelitian ini menggunakan pendekatan Siegel dan Beals (1960) dalam memahami faksi sebagai disrupsi terhadap cara kerja struktur dominan dalam masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BM sebagai faksi memainkan peran sebagai “Exit Institution”, yaitu institusi yang mampu menawarkan jalan keluar dari cara diskursif menuju cara-cara kekerasan dalam upaya mempertahankan identitas. Menggunakan metode penelitian kualitatif, kasus BM dapat menjadi konteks alternatif untuk memahami kelompok vigilante di Indonesia pasca reformasi.

Kata Kunci

kelompok vigilante Minahasa konflik komunal Gereja Injil Minahasa exit institution Brigade Manguni

Rincian Artikel

References

  1. Aditjondro, George Junus. (2004). Kerusuhan Poso dan Morowali, Akar Permasalahan dan Jalan Keluarnya. Penerapan Keadaan Darurat di Aceh, Papua, dan Poso Dalam Pemilu 2004? Jakarta: ProPatria.
  2. Aragon, Lorraine V. (2001). Communal Violence in Poso, Central Sulawesi: Where People Eat Fish and Fish Eat People. Indonesia 72. Ithaca: Cornell University. 45-79.
  3. Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Utara. (2000). Penduduk Sulawesi Utara (Termasuk Gorontalo) Hasil Sensus Penduduk 2000. Manado: Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Utara.
  4. Bakker, Laurens. (2012). Organized Violence and the State: Evolving Vigilantism in Indonesia. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. Brill. 249-277.
  5. Bertrand, Jacques. (2004). Nationalism and Ethnic Conflict in Indonesia. Cambridge: Cambridge University.
  6. Fortes, M., dan E.E. Pritchard. (1940). African Political System. London: Oxford University Press.
  7. Harvey, Barbara Sillars. (1989). Permesta: Pemberontakan Setengah Hati [Terj.]. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
  8. Henley, David. (1993). Nationalism and Regionalism in Colonial Indonesia: The Case of Minahasa. Indonesia 55. Ithaca: Cornell University. 91-112.
  9. Henley, David, Maria J.C. Schouten, dan Alex J. Ulaen. (2007). Preserving the Peace in Post-New Order Minahasa dalam Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken (Eds), Renegotiating Boundaries, (pp. 307-26). Leiden: KITLV Press.
  10. Johnston, Les. (1996). What is Vigilantism? British Journal of Criminology 36. Oxford University Press. 220-36.
  11. Karim, Abdul Gaffar. (2020). Menegosiasikan Ulang Indonesia: Perubahan Politik dan Peran Lembaga-lembaga Agama di Manado dan Sumenep dalam Era Awal Reformasi (1999-2004). Yogyakarta: Diva Press.
  12. Kosel, Sven. (2010). Christianity, Minahasa Ethnicity, and Politics in North Sulawesi: Jerusalem’s Veranda or Stronghold of Pancasila? dalam Susanne Schröter (Ed), Christianity in Indonesia: Perspectives of Power, (pp. 291-22). LIT Verlag Münster.
  13. Makello, Ilham Daeng. (2010). Kota Seribu Gereja: Dinamika Keagamaan dan Penggunaan Ruang di Kota Manado. Yogyakarta: Ombak.
  14. Masaaki, Okamoto, dan Abdur Rozaki. (2006). Kelompok Kekerasan dan Bos Lokal di era Reformasi. Yogyakarta: IRE Press.
  15. Masaaki, Okamoto, dan Abdul Hamid. (2008). Jawara in Power, 1999-2007. Indonesia 86. Cornell University Press. 109-38.
  16. McRae, David Gregory. (2008). The Escalation and Decline of Violent Conflict in Poso, Central Sulawesi, 1998-2007. Thesis (Ph.D). Australia: Australian National University.
  17. Nicholas, Ralph. W. (1966). Segmentary Factional Political System dalam Marc J. Schawrtz, Victor W. Turner, Arthur Tuden (Eds). Political Anthropology, (pp. 49-60). Chicago: Aldine Publishing.
  18. Sangadji, Arianto. (2007). The Security Forces and Regional Violence in Poso dalam Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken (Eds). Renegotiating Boundaries: Local Politics in Post-Suharto Indonesia, (pp. 255–80). Leiden: KITLV Press.
  19. Schouten, Maria J. C. (1998). Leadership and Social Mobility in a Southeast Asia Society: Minahasa 1677-1983. Leiden: KITLV Press.
  20. Scuhlte-Bockholt, Alfredo. (2006). The Politics of Organized Crime and the Organized Crime of Politics: A Study in Criminal Power. Lexingtoon Books.
  21. Sidel, John T. (2018). Riots, Pogroms, Jihad: Religious Violence in Indonesia. Cornell University Press.
  22. Siegel, Bernard J, dan Alan R. Beals. (1960). Conflict and Factional Disputes. The Journal of the Royal Anthropological Institute of Great Britain and Ireland. Royal Anthropological Institute of Great Britain and Ireland. 107-117.
  23. Sumampouw, Nono. (2015). Menjadi Manado Torang Samua Basudara, Sabla Aer, dan Pembentukan Identitas Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  24. Swazey, Kelly. (2008). Carrying Culture and (Re)Creating Nation Through Christianity: Minahasa Culture and Identity in Transnational Indonesia Churches in New England. Master of Art Thesis, University of Hawai’I Manoa.
  25. van Klinken, Gerry. (2007). Communal Violence and Democratization in Indonesia: Small Town Wars. Routledge.
  26. Wilson, Ian. (2010). Reconfiguring Rackets: Racket Regimes, Protection and the State in Post-New Order Jakarta dalam Edward Aspinall dan Gerry van Klinken (Eds), The State and Illegality in Indonesia, (pp. 239-60). Brill.
  27. Wilson, Ian. (2010b). The Rise and Fall of Political Gangsters in Indonesia Democracy dalam Edward Aspinall dan Marcus Mietzner (Eds). The Problem of Democratisation in Indonesia: Election, Institution and Society, (pp. 199-218). Singapore: ISEAS Publishing.
  28. Wilson, Ian Douglas. (2018). Politik Jatah Preman: Ormas dan Kuasa Jalanan di Indonesia Pasca Orde Baru [Terj.]. Tangerang Selatan: Marjin Kiri.
  29. Yulianto, Vissia Ita. (2015). Reframing Modernities in Contemporary Indonesia: Ethnographic Studies of Ideas of Center and Periphery on Sulawesi and Java. Berlin: Regiospectra Verlag.
  30. Wawancara
  31. BP. Wawancara di Tondano, 18 Januari 2020.
  32. JR. Wawancara di Gorontalo, 20 Januari 2020.
  33. Keintjem, Deany. Wawancara di Gorontalo, 29 Desember 2019.
  34. Maengkom, Dicky. Wawancara di Manado, 22 Januari 2020.
  35. SS. Wawancara di Manado, 17 Januari 2020.
  36. Turalaki, Freddy. Wawancara di Manado, 16 Januari 2020.