https://journal.ugm.ac.id/v3/lafinus/issue/feed Jurnal Lafinus 2024-09-16T21:00:15+07:00 Tim Jurnal Lafinus jurnal-wisdom@ugm.ac.id Open Journal Systems <p><span style="font-weight: 400;">Jurnal Lafinus adalah jurnal </span><em><span style="font-weight: 400;">open access</span></em> <em><span style="font-weight: 400;">peer-reviewed</span></em><span style="font-weight: 400;"> dengan nomor ISSN: [nomor ISSN] ISBN: [nomor ISBN] yang menerbitkan artikel dengan tema Filsafat Nusantara. Jurnal Lafinus berfokus pada topik yang relevan dengan penelitian Filsafat Nusantara, khususnya Kajian Filsafat Nusantara, Kearifan Lokal, dan Kebudayaan Indonesia.</span></p> <p><span style="font-weight: 400;">Jurnal Lafinus pertama kali diterbitkan pada tahun 2023 oleh Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada sebanyak dua kali setahun, yaitu pada bulan April dan Oktober. Tim editorial Jurnal Lafinus menerima artikel dari berbagai kalangan, baik mahasiswa, dosen, akademisi, praktisi, maupun umum.</span></p> https://journal.ugm.ac.id/v3/lafinus/article/view/16474 KATA PENGANTAR JURNAL LAFINUS Vol. 1, No. 1, 2024 2024-09-16T21:00:11+07:00 Rahmat Alfianto rahmatalfianto@ugm.ac.id <p>Kepada para pembaca setia, penulis yang berdedikasi, serta seluruh kontributor dan mitra yang telah berperan dalam keberlangsungan jurnal ini, diucapkan selamat datang pada edisi pertama "Laboratorium Filsafat Nusantara." Kami sangat berterima kasih atas kepercayaan dan partisipasi Anda dalam menjadikan jurnal ini sebagai wadah eksplorasi pemikiran filosofis yang kaya dan beragam.</p> <p>"Laboratorium Filsafat Nusantara" didirikan dengan visi untuk menjadi wadah utama yang mengeksplorasi, mendokumentasikan, dan mempromosikan pemikiran filosofis yang berakar dari kearifan lokal Nusantara. Jurnal ini berkomitmen untuk menghadirkan perspektif filosofis yang beragam, yang tidak hanya merefleksikan kekayaan intelektual dan budaya Indonesia, tetapi juga mampu berdialog dengan wacana filsafat global.</p> <p>Tujuan utama kami adalah mengangkat dan memperkuat suara-suara filosofis dari berbagai tradisi di Nusantara, memberikan platform bagi pemikir, peneliti, dan akademisi untuk berbagi gagasan yang inovatif dan kritis. Melalui publikasi karya-karya ilmiah yang berkualitas, jurnal ini bertujuan untuk mendorong perkembangan filsafat yang inklusif dan kontekstual, yang relevan dengan tantangan zaman.</p> <p>Kami percaya bahwa filsafat memiliki peran penting dalam membentuk cara kita memahami dunia dan posisi kita di dalamnya. Oleh karena itu, "Laboratorium Filsafat Nusantara" berupaya untuk tidak hanya berkontribusi pada wacana akademik, tetapi juga memengaruhi pemikiran publik serta kebijakan melalui pendekatan filosofis yang berbasis pada nilai-nilai lokal. Dengan semangat kolaborasi dan keterbukaan, kami mengundang para pemikir, peneliti, dan kontributor dari seluruh penjuru untuk bergabung dalam misi ini, mengembangkan filsafat yang relevan dan berakar kuat pada konteks Nusantara, juga mampu menjangkau dan berinteraksi dengan dinamika pemikiran global.</p> <p>Partisipasi Anda, baik sebagai pembaca kritis, penulis kreatif, maupun kontributor yang berdedikasi, adalah kekuatan utama yang memungkinkan kami untuk terus menghadirkan karya-karya filosofis yang menggugah, mendalam, dan relevan bagi kemajuan ilmu pengetahuan.</p> <p>Kami berharap edisi ini memberikan inspirasi, pemahaman baru, dan memperkaya diskursus filsafat yang dibangun bersama. Terima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan intelektual ini.</p> <p>Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan moril dan materiil dari Fakultas Filsafat: Dekanat dan Laboratorium Filsafat Nusantara, Reviewer, dan Tim Pengelola Jurnal Lafinus.</p> 2024-09-16T20:56:44+07:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Lafinus https://journal.ugm.ac.id/v3/lafinus/article/view/9776 PANDEMI COVID-19 DALAM SISTEM NILAI BUDAYA MASYARAKAT JAWA 2024-09-16T21:00:12+07:00 Septiana Maharani septianadm@gmail.com Surono suronokarti@ugm.ac.id <p>Pada umunya Covid-19 dimaknai dan diperlakukan sebagai bencana, namun masyarakat Jawa memaknainya sebagai berkah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-interpretatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menafsirkan fenomena yang ada. Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan persepsi antara Masyarakat Jawa dan pemangku kepentingan tentang Covid 19. Masyarakat seringkali dianggap oleh pemangku kepentingan tidak patuh terhadap protokol kesehatan dan mengabaikan berbagai anjuran/himbauan menjadi kegagalan program Covid-19. Masyarakat Jawa berpandangan tidak perlu takut terhadap covid karena covid merupakan anugerah dan bagian dari rencana Tuhan untuk menjaga keseimbangan alam. Cara hidup masyarakat Jawa sangat relevan dengan nilai-nilai yang dianutnya, termasuk pandangannya terhadap pandemi Covid-19. Covid-19 tidak dipandang sebagai bencana, melainkan ketetapan Tuhan. Sikap masyarakat Jawa dalam menghadapi pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa mereka mengedepankan nilai-nilai kesucian. Sedangkan nilai materi dan nilai hidup pada hakikatnya hanyalah wujud “pesan” agar manusia selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Cara pandang inilah yang menyebabkan masyarakat Jetis mempunyai pendekatan tersendiri dalam menghadapi pandemi Covid-19. Perbedaan cara pandang antara masyarakat dan pemerintah terhadap pandemi ini tentu berimplikasi pada kebijakan, program, dan kegiatan penanganannya.</p> <p>&nbsp;</p> 2024-06-10T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Lafinus https://journal.ugm.ac.id/v3/lafinus/article/view/11206 REFLEKSI FILOSOFIS DEGRADASI PEMAKNAAN NILAI HIDUP MANUSIA BERLANDASKAN SILA KEDUA PANCASILA 2024-09-16T21:00:12+07:00 Cahaya Simbolon cahayasimbolon80@gmail.com Septiana Dwiputri Maharani septiana.dm@ugm.ac.id <p>Lima tahun terakhir banyak tragedi pembunuhan&nbsp; yang dengan sengaja dilakukan, bahkan direncanakan oleh invidu maupun dilakukan secara bersama-sama kepada insan perorangan, bahkan beberapa orang sekaligus (keluarga, negara). Peristiwa pembunuhan dilakukan dengan cara yang sangat mengerikan. Para korban dibunuh dengan cara dipukul, ditembak, ditikam, disembelih, dimutilasi, bahkan sampai dibuat menjadi sup atau dikubur dengan cara dicor untuk melampiaskan kemarahan atau menghilangkan jejak. Peristiwa pembunuhan terjadi dengan cara yang sangat tidak manusiawi. Kehidupan yang secara hakiki sangat bernilai mengalami degradasi dalam kasus-kasus&nbsp; pembunuhan yang telah terjadi itu. Melihat data statistik fenomena pembunuhan yang terjadi di Indonesia, penulis bertujuan untuk membahas alasan terjadinya degradasi pemaknaan nilai hidup manusia? Penulis membuat refleksi filosofis untuk menelaah nilai hidup manusia yang didasarkan pada falsafah negara Indonesia, khususnya pada Pancasila, sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Penulis menggunakan studi pustaka sebagai metode untuk menelaah fakta-fakta pembunuhan yang terjadi lima tahun terakhir. Secara ideal setiap warga negara di Indonesia berhak memperoleh perlakuan yang beradab. Penulis melihat bahwa kajian ini&nbsp; penting untuk memahami kembali hakikat nilai hidup manusia. Selanjutnya untuk&nbsp; mendorong penulis dan pembaca menjadi insan yang akan mengampanyekan penghargaan terhadap hidup manusia.</p> 2024-06-13T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Lafinus https://journal.ugm.ac.id/v3/lafinus/article/view/11067 BUDAYA CENTANG BIRU DALAM MEDIA SOSIAL SEBAGAI PENANDA PENGAKUAN SOSIAL DALAM SUDUT PANDANG “MANIPULASI TANDA” 2024-09-16T21:00:13+07:00 Felix Kris Alfian felixkrisalfian@mail.ugm.ac.id <p>Fenomena centang biru di media sosial menjadi manifestasi dari manipulasi tanda dan hiperrealitas, dengan merujuk pada konsep-konsep filsuf postmodernisme Jean Baudrillard. Centang biru, yang awalnya dirancang sebagai tanda verifikasi keaslian akun, mengalami pergeseran makna menjadi simbol pengakuan sosial dan prestise. Pada intinya, centang biru menciptakan hiperrealitas di mana representasi simulatif dari status sosial menggantikan realitas sejati. Artikel ini membahas dampak psikologis dan sosial dari fenomena centang biru, termasuk tekanan performa, pertumbuhan pengikut, risiko privasi, dan peran media sosial dalam memenuhi kebutuhan manusia akan pengakuan sosial. Analisis Baudrillard mengenai manipulasi tanda dan media sebagai pembuat simulasi memberikan sudut pandang yang memperkaya pemahaman tentang fenomena ini dalam konteks kebudayaan konsumsi dan masyarakat digital.</p> 2024-06-13T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Lafinus https://journal.ugm.ac.id/v3/lafinus/article/view/9852 PENGEMBALIAN FUNGSI SURAU SEBAGAI IDENTITAS MINANGKABAU MELALUI ELABORASI MADRASAH DINIYAH AWALIYAH 2024-09-16T21:00:13+07:00 Moch Zihad Islami Islami moch.zihad.islami@mail.ugm.ac.id Muhammad Farid Wajdi muhammad.farid.wajdi@mail.ugm.ac.id Antika Widya Putri antikawidya00@mail.ugm.ac.id Nabila Alyssa Kurnia nabila.alyssa.kurnia@mail.ugm.ac.id Aryuna Pramesthi Sudewo aryunapramesthi@mail.ugm.ac.id Sartini tini-sartini@ugm.ac.id <p>Surau merupakan institusi pendidikan adat dan agama Minangkabau di Sumatera Barat yang berbasis pada falsafah Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Namun, saat ini masyarakat Minangkabau mulai beralih kepada lembaga pendidikan Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) yang tidak mewadahi pendidikan adat Minangkabau. Pendekatan neo-fungsionalisme akan digunakan untuk melihat dinamika surau dalam mempertahankan eksistensi di tengah kehadiran modernisasi pendidikan agama termasuk MDA.&nbsp; Tujuan penelitian ini yaitu: mengeksplorasi konsep neo-fungsionalisme Surau dan MDA khususnya funsi dan relasi sosial, mengeksplorasi implikasi pergeseran dari Surau ke MDA terhadap impementasi ABS-SBK, serta merumuskan strategi untuk mengembalikan fungsi Surau pada masa kini. Penelitian ini adalah kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini yaitu: Pertama, nilai-nilai neofungsionalisme dalam sistem pendidikan masyarakat Minangkabau tercermin pada fungsi simblik, dinamika struktur sosial, interaksi simbolik, serta adaptasi dan adaptasi yang mengaitkan Surau dan MDA dalam menjaga dan mengembangan identitas budaya. Kedua, pergeseran pendidikan dari Surau ke MDA memiliki implikasi yang kompleks terhadap implementasi Falsafah ABS-SBK dalam kehidupan bermasyarakat Minangkabau, memunculkan tantangan dalam menjaga keseimbangan antara pengajaran agama yang terstruktur dengan pelestarian nilai-nilai budaya dan identitas sosial. Ketiga, strategi pengembalian fungsi Surau dapat dilakukan dengan cara menggunakan konsep dan metode MDA dengan menambahkan mata pelajaran tentang adat istiadat Minangkabau dan dengan melalui sinergitas kerjasama Surau-MDA.</p> 2024-06-13T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Lafinus https://journal.ugm.ac.id/v3/lafinus/article/view/11261 SIGNIFIKANSI NILAI-NILAI FILOSOFIS DALAM TRADISI PANJANG JIMAT DI KERATON KASEPUHAN CIREBON TERHADAP MASYARAKAT MODERN 2024-09-16T21:00:14+07:00 Muhammad Daffa muhammaddaffa2001@mail.ugm.ac.id <p>Terdapat makna filosofis yang penting dalam tradisi Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan Cirebon yang memiliki relevansi dengan masyarakat modern. Nilai-nilai tersebut dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap masyarakat modern yang menghadapi berbagai tantangan, seperti krisis identitas, kehilangan nilai-nilai spiritual, dan alienasi sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang melibatkan studi literatur dan analisis studi kasus. Tradisi ini lebih dari sekedar perayaan keagamaan, berdasarkan hirarki nilai Max Scheler dan teori pendukung lainnya. Secara ontologis, tradisi ini memperkuat identitas dan keberadaan komunitas, memberikan rasa kebanggaan dan makna keberadaan yang khas. Pada aspek epistemologis, tradisi ini menyediakan pengetahuan yang kaya tentang nilai-nilai dan sejarah budaya, membentuk fondasi kognitif yang kokoh bagi generasi muda dan secara etis, tradisi ini mengajarkan nilai-nilai moral dan sosial yang esensial untuk kehidupan bersama yang harmonis. Tradisi Panjang Jimat menawarkan solusi secara fungsional dalam memperkuat solidaritas sosial, essensial dalam memberikan identitas budaya yang mendalam dan instrumental dalam mendukung ekonomi lokal melalui pariwisata budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelestarian dan pengembangan tradisi ini bukan sekadar upaya mempertahankan warisan leluhur, tetapi juga sarana penting untuk memperkuat ikatan sosial dan moral masyarakat. Melalui nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam tradisi Panjang Jimat, masyarakat Cirebon dapat menjaga dan menghargai warisan budaya mereka sambil merespons tantangan modernitas, menuju masa depan yang lebih harmonis dan bermakna.</p> 2024-06-13T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Lafinus https://journal.ugm.ac.id/v3/lafinus/article/view/11264 PEWAYANGAN LAKON DEWA RUCI DALAM PERSPEKTIF HIERARKI NILAI MAX SCHELER 2024-09-16T21:00:14+07:00 Ulil Albab muhammadsatriyo2018@mail.ugm.ac.id <p>Tulisan ini secara spesifik akan menguraikan bagaimana pementasan wayang kulit lakon Dewa Ruci sebagai objek material, menggambarkan secara singkat teori hierarki nilai Max Scheler sebagai objek formal, untuk kemudian coba ditelaah apa saja nilai-nilai dalam lakon Dewa Ruci yang dapat ditemukan dan disusun sebagaimana skema hierarki nilai Max Scheler. Penelitian ini dikategorisasikan sebagai penelitian studi kepustakaan yang mengacu pada model penelitian sistematis reflektif. Penulis dalam penelitian ini melakukan refleksi mengenai nilai-nilai yang terdapat pada lakon pewayangan Dewa Ruci sebagai sumber utama melalui perspektif hierarki nilai Max Scheler. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwasanya keempat hierarki Max Scheler tersebut terdapat dalam pewayangan lakon Dewa Ruci, dengan nilai kekudusan menempati kedudukan tertinggi dibanding ketiga nilai lainnya, yakni nilai kesenangan, vital dan kejiwaan. Wayang kulit merupakan kesenian nusantara yang kurang begitu mendapat atensi yang diharapkan dari para generasi muda untuk terus melestarikannya. Padahal di dalam pementasan &amp; lakon wayang terdapat banyak nilai-nilai kebajikan yang dapat menjadi pedoman dalam hidup, khususnya pada lakon Dewa Ruci. Melalui tulisan ini, penulis berharap dapat memberikan wawasan dan pemahaman khususnya tentang pewayangan di Indonesia, tidak hanya sebagai tontonan dan hiburan semata, melainkan juga sebagai tuntunan yang dapat digunakan untuk perenungan filosofis atas kehidupan sehari-hari.</p> 2024-06-13T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Lafinus