EFEKTIFITAS SISTEM LAHAN BASAH BUATAN DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT-X (Effectiveness of Artificial Wetland System in Processing Liquid Waste of Hospital-X)
Atieka Wulandari(1*), Rossie Wiedya Nusantara(2), Muhammad Sofwan Anwari(3)
(1) Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Universitas Tanjungpura, Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat, 78121.
(2) Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat, 78121.
(3) Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura, Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat, 78121.
(*) Corresponding Author
Abstract
Lahan basah buatan adalah sistem yang melibatkan tanaman, tanah, mikroba sebagai pengolahan limbah cair. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektifitas sistem lahan basah buatan dalam pengolahan limbah cair rumah sakit X dan mengkaji kemampuan jenis tanaman Canna Indica, Echinodorus palaefolius dan Iris pseudoacorus sebagai biofilter limbah cair rumah sakit X . Lahan basah buatan dibuat menggunakan media pasir, karbon aktif, dan kerikil dalam skala laboratorium. Analisis data menggunakan uji Anova dan Uji BNT dengan penggunaan jenis tanaman sebagai perlakuan biofilter, yaitu Canna Indica, Echinodorus palaefolius plant, Iris pseudoacorus, penggabungan ketiga tanaman, dan tidak ada tanaman sebagai kontrol. Waktu detensi 3, 6, dan 9 hari sebagai perlakuan hari dengan tiga kali ulangan. Parameter utama adalah Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan amoniak. Parameter pendukung warna, bau, suhu, dan pH. Lahan basah buatan terbukti efektif dalam pengolahan limbah cair rumah sakit X dan ada perlakuan yang memberikan pengaruh beda nyata terhadap perubahan kualitas air limbah. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi penurunan BOD dan COD terjadi pada waktu detensi 6 hari. Variasi waktu berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi BOD dan COD. Penggabungan ketiga tanaman (C. Indica, E. palaefolius dan I. pseudoacorus) terbukti efektif sebagai biofilter dalam penurunan parameter pH (11,2%) dan warna (27,4%), serta tanaman Echinodorus palaefolius terbukti efektif sebagai biofilter dalam penurunan parameter amoniak (34%), namun pengggunaan tanaman (biofilter) dalam lahan basah buatan tidak terbukti efektif pada penurunan BOD, COD, dan suhu. Hasil penelitian ini telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Permen KLHK No: P. 68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku mutu air Limbah domestik.
Abstract
An artificial wetland is a system which involves plants, soil, and microbes in the wastewater treatment. This research aims to examine the effectiveness of artificial wetland to be used for the hospital’s wastewater treatment. It also reviews the role of Canna Indica, Echinodorus palaefolius, and Iris pseudoacorus to serve as biofilters of the hospital’s wastewater. The artificial wetland is made of sand, active carbon, and gravels in lab-scale amount. The data was analysed by using Anova test and BNT test. The analysis involved several types of plants serving as a biofilter treatment, namely Canna Indica, Echinodurus palaefolius, Iris pseudoacorus, and the combination of these three plants. None served as a control plant. The detention times were 3, 6, and 9 days compounded with three-time repetitions. The main parameters were Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), and amoniak. Supporing parameters included colour, odor, temperature, and pH. The artificial wetland was considered effective in the hospital’s wastewater treatment. The results also documented that some treatments had a significantly different effect towards the change of wastewater quality. The research indicated that the efficiency of BOD’s and COD’s decline occured at 6 days of detention. The variety of time affected the concetration decline of BOD and COD. The combination of three plants (E. palaefolius, I. pseudoacorus, and C. Indica) was proven effective as a biofilter which reduces pH parameter (11,2%) and colour parameter (27,4%). In addition, The Echinodorus palaefolius plant was reported effective to reduce amoniak parameter (34%). However, the use of plants (biofilter) in the artificial wetland was not effective towards the decline of BOD, COD, and temperature. The results of this research therefore have met the requirement stipulated by the Goverment regulation of KLHK (Ministry of Environment and Forestry) No : P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 on the quality standards of the domestic wastewater.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Adisuasono, R.T., Wardana, I.W. dan Sutrisno, E., 2014. Penurunan Konsentrasi Amoniak dalam Limbah Cair Domestik Dengan Teknologi Kolam (Pond)-Biofilm Menggunakan Media Biofilter Pipa PVC Sarang Tawon dan Bata Ringan, Jurnal Teknik. Lingkungan, 3(4):1–12.
Aka, H.A., Suhendrayatna dan Syaubari, 2017. Penurunan Kadar Amonia dalam Limbah Cair oleh Tanaman Air Typha Latifolia (Tanaman Obor). Jurnal Ilmu Kebencanaan, 4(3):72–75.
Alimsyah, A., dan Damayanti, A., 2013. Penggunaan Arang Tempurung Kelapa dan Eceng Gondok untuk Pengolahan Air Limbah Tahu dengan Variasi Konsentrasi, Jurnal Teknik Pomits, 2(1):6–9.
Apriyanti, E., Ihwan, A., dan Jumarang, M.I., 2016. Analisis Kualitas Air Di Parit Besar Sungai Jawi Kota Pontianak, Prisma Fisika, 4(3):101–108.
Arimbi, A., 2017. Efektivitas Tanaman Melati Air (Echinodorus Palaefolius) Dalam Menurunkan Kadar BOD (Biologycal Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) serta TSS (Total Suspended Solid) pada Limbah Cair Tempat Pemotongan Ayam di Kecamatan Delitua Kabupaten. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Djabu, U. dan Kusmantoro, H., 1990. Pembangunan Tinja dan Air Limbah Pada Industri, Jakarta, Pendidikan Tenaga Kesehatan Lingkungan.
Djohan, A.J., dan Halim, D., 2013. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit, edited by Aklia Suslia, Salemba Medika, Jakarta.
Doraja, P.H., Maya, S., dan Kuswytasari, N.D., 2012. Biodegradasi Limbah Domestik Dengan Menggunakan Inokulum Alami dari Tangki Septik, Jurnal Sains dan Seni, 1(1):44–47.
Hariyanti, F., 2016. Efektifitas Subsurface Flow-Wetlands Dengan Tanaman Eceng Gondok dan Kayu Apu dalam Menurunkan Kadar COD dan TSS Pada Limbah Pabrik Saus, Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Hidayah, E.N., Djalalembah, A., Asmar, G.A., dan Cahyonugroho, O.H., 2018. Pengaruh Aerasi dalam Constructed Wetland Pada Pengolahan Air Limbah Domestik, Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(2):155–161.
Hutubessy, J. I. B., Suarna, I.W., dan Astarini, I.A., 2012. Pertumbuhan Tanaman Bunga Kana (Canna Indica L) dalam Menyerap Limbah Deterjen pada Berbagai Jenis Tanah, Ecotrophic, 7(2):156–163.
Kerubun, A.A., 2014. Kualitas Limbah Cair di Rumah Sakit Umum Daerah Tulehu, Jurnal MKMI, 180–185.
Koesputri, A.S., Nurjazuli dan Dangiran, H.L., 2016. Pengaruh Variasi Lama Kontak Tanaman Melati Air (Enchinodorus Palaefolius) dengan Sistem Subsurface Flow Wetlands Terhadap Penurunan Kadar BOD, COD dan Fosfat dalam Limbah Cair Laundry, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(4):771–779.
Lestari, D.E., Satrianegara, M.F., dan Susilawaty, A., 2013. Efektivitas Pengolahan Limbah Cair Domestik dengan Metode Rawa Buatan (Constructed Wetland). Al-Sihah, 5:184–193.
Maddusa, S.S., 2018. Efektivitas Tanaman Jeringau (Acorus Calamus) untuk Menurunkan Kadar Amoniak Pada Air Limbah RSUD Kota Bitung. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1):37–46.
Made, D., dan Sugito, 2016. Penurunan Amoniak dan Phospat Air Limbah Puskesmas Janti Kota Malang Dengan Wetland, J. Teknik Waktu, 11(1):93–101.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia., 2016. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.68/Menlhk-Setjen/2016.
Prawira, J., 2015. Efektifitas Sistem Lahan Basah Buatan Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias Iris Pseudoacorus, Tesis. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Putri, A.C., Sulistiyani dan Rahardjo, M., 2017. Efektivitas Penggunaan Karbon Aktif dan Karang Jahe Sebagai Filtrasi Untuk Menurunkan Kadar Amoniak Limbah Cair Rumah Sakit Semen Gresik, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(5):470–474.
Ratnawati, R., dan Talarima, A., 2017. Subsurface (SSF) Constructed Wetland Untuk Pengolahan Air Limbah Laundry, J. Teknik Waktu, 15:1–6.
Retnoningsih, M., dan Murdianti, Y., 2010. Pengaruh pH, Konsentrasi Awal Ammonia dan Waktu Operasi Pada Elektrolisa Ammonia, Makalah Seminar Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Semarang.
Roesiani, L., 2015. Keefektifan Lama Kontak Karbon Aktif Terhadap Penurunan Kadar Amonia Limbah Cair Industri Tahun di Desa Teguhan Sragen Wetan, Tesis. Universitas Muhammadyah Surakarta.
Sasono, E., dan Pungut, 2013. Penurunan Kadar BOD dan COD Air Limbah UPT Puskesmas Janti Kota Malang Dengan Metode Contructed Wetland, J. Teknik Waktu, 11:60–70.
Sugiharto, 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI-PRESS, Jakarta.
Sumarto, 2016. Community Engagement Waste Management dengan Activated Carbon (Nano Porus Materials), Bioarang dan Kompos bagi Masyarakat Desa Parit dan Kebun IX Kec . Sungai Gelam Kab . Mua, Conference ICON UCE, Surabaya 5 Agusuts 2016.
Suprihatin, H., 2014. Wetland dengan Tanaman Hias Bintang Air ( Cyperus alternifolius ), Dinamika Lingkungan Indonesia, 1(2):80–87.
Suswati, A., Wibisono, G., Masrevanlah, A., dan Arfiati, D., 2014. Analisis Luasan Contructed Wetlan Menggunakan Tanaman Iris dalam Mengolah Air Limbah Domestik (Grey Water). Indonesia Green Technology Journal, 1(3):1-7.
Sutyasmi, S., dan Susanto, H.B., 2013. Penggunaan Tanaman Air (Bambu Air dan Melati Air) Pada Pengolahan Air Limbah Penyamakan Kulit Untuk Menurunkan Beban Pencemar dengan Sistem Wetland dan Adsorpsi, Majalah Kulit, Karet & Plastik, 29(4):69–76.
DOI: https://doi.org/10.22146/jml.52179
Article Metrics
Abstract views : 14320 | views : 9004Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Jurnal Manusia dan Lingkungan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
JML Indexed by:
View My Stats