Model Pengembangan Wawasan Multikultural bagi Angkatan Kerja
Aris Munandar(1*), Rahmawan Jatmiko(2), Karlina Maizida(3)
(1) Department of Inter-Cultures, Universitas Gadjah Mada
(2) Department of Inter-Cultures, Universitas Gadjah Mada
(3) Department of Inter-Cultures, Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author
Abstract
The development of New Yogyakarta International Airport is expected to increase the number of inbound tourists. The inbound tourists will bring their cultures into contact with the local culture. A contact between global and local cultures has potential to cause cultural shock and change of values to the local community. Consequently, the local community needs to be aware of the adverse effect of cultural contact, such as the vulnerability of the local values and identity to the hegemony of global culture and identity. Multiculturalism with proper understanding may reduce the adversity the local community faces and in the long run strengthen their local identity and values. Cultivating multicultural understanding can be initiated at the grassroot level among youth by means of exposure to cases of cultural contact. Community engagement program applying simulation is a better model to to build multicultural competence among youth since it brings a closer-to-reality contact situation that stimulates sensible responses to cultural contact.
===================================================================
Pembangunan New Yogyakarta International Airport diharapkan akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Yogyakarta dan daerah-daerah sekitarnya. Masuknya wisatawan mancanegara ke Yogyakarta akan mengakibatkan kontak budaya lokal dengan budaya global. Kontak tersebut berpotensi menimbulkan gegar budaya dan mengubah nilai-nilai lokal. Oleh karena itu, masyarakat lokal harus menyadari dampak negatif akibat kontak budaya,seperti kerentanan nilai-nilai dan identitas lokal terhadap hegemoni identitas dan nilai-nilai global. Pemahaman mengenai multikulturalisme diharapkan mampu mengurangi dampak negatif yang akan dihadapi masyarakat lokal dan dalam jangka panjang mampu memperkuat identitas serta nilai-nilai lokal. Penanaman kepahaman multikultural dapat dimulai pada kelompok akar rumput di antara kaum muda melalui pajanan terhadap kasus-kasus kontak budaya. Program pemberdayaan masyarakat dengan penerapan metode simulasi merupakan model yang lebih baik untuk menumbuhkan kompetensi multikultural di antara para pemuda karena kaum muda dibawa ke dalam kontak situasi yang mendekati kenyataan, yang dapat merangsang respons yang bijak terhadap kontak budaya.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Disnakertrans Kulon Progo. (2017). “Pembangunan Ketenagakerjaan Kabupaten Kulon Progo” dalam Kebijakan Ketenagakerjaan Kabupaten Kulon Progo. Kulonprogo. Tidak diterbitkan.
Jatmiko, Rahmawan. (2018) “Dampak Globalisasi”. Yogyakarta: PKM Departemen Antarbudaya FIB UGM.
Maizida, Karlina. (2018). “Pengembangan Diri dan Kepribadian”. Yogyakarta: PKM Departemen Antarbudaya FIB UGM.
Munandar, Aris. (2018). “Pemertahanan Identitas Lokal”. Yogyakarta: PKM Departemen Antarbudaya FIB UGM.
DOI: https://doi.org/10.22146/bb.45029
Article Metrics
Abstract views : 2238 | views : 2081Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Bakti Budaya
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN: 2655-9846 (Online)