Outbreak leptospirosis di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman tahun 2017
Ade Kartikasari Sebba(1*), Baning Rahayujati(2), Isa Dharmawidjaja(3)
(1) Program Epidemiologi Lapangan, Universitas Gadjah Mada
(2) Program Epidemiologi Lapangan, Universitas Gadjah Mada
(3) Rumah Sakit Prambanan, Yogyakarta
(*) Corresponding Author
Abstract
Penyakit leptospirosis di Prambanan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2015 terlapor tiga kasus, 2016 terlapor nol kasus dan di tahun 2017 di bulan Maret terlapor adanya peningkatan menjadi 6 kasus. Berdasarkan Permenkes No.1501/MENKES/PER/2010 bahwa leptospirosis adalah suatu penyakit yang dapat menimbulkan wabah sehingga perlu untuk diinvestigasi. Tujuan investigasi untuk memastikan KLB, mencari mode of transmission, sumber penularan dan melakukan pengendalian. Desain penyelidikan menggunakan case control study. Wilayah pelacakan KLB pada enam desa di Prambanan. Active case finding dilakukan dengan wawancara. Kasus adalah penduduk Kecamatan Prambanan yang mengalami sakit dengan gejala demam, nyeri betis, nyeri otot, malaise dan menggigil atau telah didiagnosis menderita leptospirosis dari Januari 2017 sampai Mei 2017. Faktor risiko yang dianalisis yaitu jenis kelamin, pekerjaan berisiko, riwayat luka terbuka, penggunaan APD dan riwayat kepemilikan ternak. Analisis dengan uji chi-square untuk melihat hasil odd ratio pada tiap variabel. Penelitian ini menemukan sebanyak 27 kasus (13 kasus positif dan 14 kasus suspek) dengan lima kematian. Umur terbanyak pada kasus yaitu 41-50 tahun (48,1%) dengan pendidikan terbanyak tamat SD (37,0%). Attack rate lebih tinggi pada laki-laki yaitu 7,21% dengan pekerjaan terbanyak sebagai petani. Analisis faktor risiko menemukan ada hubungan signifikan antara laki-laki (OR=5,71;95%CI=1,76-18,50), pekerjaan berisiko (petani, peternak, pekerja tambang, buruh tani) (OR=11,63;95%CI=2,79-48,3), tidak menggunakan APD (OR=3,76; 95%CI=1,15-12,2), riwayat luka terbuka (OR=4,48;95%CI=1,41-14,2) dan memiliki ternak (OR=3,52;95%CI=1,02-12,07) dengan kejadian leptospirosis. Pelibatan lintas sektor, sosialisasi terpadu di enam desa, pengambilan sampel lingkungan dan sampel darah pada sapi telah dilakukan untuk mengendalikan masalah KLB di Prambanan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa laki-laki, pekerjaan berisiko, riwayat luka, penggunaan APD diidentifikasi sebagai faktor risiko. Sumber penularan diduga dari air atau tanah yang terkontaminasi bakteri leptospira. Cara penularan diduga karena kontak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi dan masuk ke dalam tubuh dengan luka atau selaput lendir utuh. Oleh karena itu, perlunya peningkatan edukasi di masyarakat dan survei kepadatan vektor.
Keywords
DOI: https://doi.org/10.22146/bkm.38188
Article Metrics
Abstract views : 1785Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 Berita Kedokteran Masyarakat
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Berita Kedokteran Masyarakat ISSN 0215-1936 (PRINT), ISSN: 2614-8412 (ONLINE).