Tantangan dalam implementasi program deteksi dini kanker serviks dengan metode inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) di Wonogiri Jawa Tengah

https://doi.org/10.22146/bkm.39932

Ika Puspita Asturiningtyas(1*), Trisno Agung Wibowo(2), Suprio Heriyanto(3)

(1) Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada
(2) Dinas Kesehatan Provinsi DIY
(3) Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri
(*) Corresponding Author

Abstract


Latar belakang: Kanker serviks merupakan kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia. Program untuk mengendalikan kanker serviks adalah dengan deteksi dini menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan krioterapi untuk IVA positif. Jumlah WUS yang melakukan tes IVA di Wonogiri sejak 2015 masih di bawah target, tetapi IVA positif yang ditemukan cukup banyak, yaitu 10,29% tahun 2016 dan 6,3% tahun 2017. Studi dilakukan untuk mengetahui tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program skrining kanker serviks dengan metode IVA. Metode: Studi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan pendekatan logic model pada Juli-Agustus 2018.  Responden adalah penanggungjawab Penyakit Tidak Menular (PTM) dan atau bidan di 10 Puskesmas yang memiliki petugas IVA terlatih dan 6 Puskesmas yang tidak memiliki petugas terlatih; kepala seksi PTM dinas kesehatan; serta dokter spesialis obsgyn RSUD. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan wawancara mendalam. Analisis data secara deskriptif. Hasil: Petugas IVA terlatih hanya ada di 10 Puskesmas dari 34 Puskesmas. Dari 24 Puskesmas yang tidak memiliki petugas IVA, hanya tiga Puskesmas yang pernah melaksanakan skrining IVA massal. Empat Puskesmas mengeluhkan tidak adanya dana untuk kegiatan, seperti pembelian bahan, penggandaan form, sosialisasi serta jasa petugas. Hambatan dalam sosialisasi adalah rasa takut dan malu untuk melakukan tes IVA. Puskesmas yang tidak memiliki petugas IVA kesulitan mendorong warga untuk melakukan tes IVA karena pemeriksaan harus dilakukan di Puskesmas lain. Koordinasi dengan RSUD terkait rujukan pasien IVA positif belum berjalan baik. Krioterapi belum dapat dilakukan, karena alat baru tersedia di dua Puskesmas pertengahan tahun 2018 dan belum ada petugas yang mengikuti uji kompetensi. Simpulan: Deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA di Wonogiri masih menemui banyak tantangan. Diperlukan beberapa upaya perbaikan seperti penggunaan dana BOK untuk pelaksanaan tes IVA, proses sosialisasi yang lebih efektif, memperjelas alur rujukan pasien IVA positif, serta penguatan kapasitas petugas IVA agar dapat melakukan krioterapi.


Keywords


kanker serviks; IVA; deteksi dini




DOI: https://doi.org/10.22146/bkm.39932

Article Metrics

Abstract views : 2570 | views : 1583

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2018 Berita Kedokteran Masyarakat

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Berita Kedokteran Masyarakat ISSN 0215-1936 (PRINT), ISSN: 2614-8412 (ONLINE).

Indexed by:


Web
Analytics Visitor Counter