Optimalisasi Penggunaan Hewan Uji Tikus (Rattus norvegicus) dalam Uji In Vitro Absorpsi Obat Peroral Menggunakan Metode Usus Terbalik

https://doi.org/10.22146/ijl.v3i1.62558

Natalijah Natalijah(1*)

(1) Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author

Abstract


Pengembangan studi biofarmasetika banyak dilakukan untuk dapat mempelajari proses biofarmasetika. Namun, penggunaan jumlah hewan uji yang berlebihan masih belum bisa terhindarkan untuk mencapai suatu nilai validitas yang baik. Salah satu proses biofarmasetika utama yang menjadi fokus studi adalah absorpsi obat secara per oral melalui saluran gastro-intestinal karena model penghantaran ini yang paling banyak digunakan dalam terapi menggunakan produk farmasetik. Metode uji absorpsi per oral yang telah dikembangkan dan diaplikasikan adalah metode usus terbalik. Pada protokol konvensional, hanya ruas usus sepanjang20 cmper hewan uji tikus yang digunakan, sedangkan intestin memiliki panjang hingga 80-100 cm. Pada studi ini dilakukan analisis berdasar hasil percobaan transport asam salisilat pada pH 7,5 untuk mengetahui validitas penggunaan segmen usus pada ruas 30-50 cmsetelah pirolus bila dibandingkan dengan segmen yang digunakan secara konvensional. Diperoleh hasil bahwa kedua segmen memberikan nilai jumlah asam salisilat terakumulasi yang tidak berbeda signifikan (p=0,442), oleh karena itu kami menganjurkan ekstensi penggunaan usus tikus untuk mengurangi jumlah hewan uji yang digunakan dalam percobaan.


Keywords


biofarmasetika; absorbsi obat; metode usus terbalik

Full Text:

PDF


References

Siddiqui MR, Al Othman ZA, dan Rahman R, Analytical techniques in pharmaceutical analysis: A review, Arabian Journal of Chemistry 2017, 10(10): S1409-21 2. Homayun B, Lin X, dan Choi HJ, Challenges and recent progress in oral drug delivery systems for biopharmaceuticals, Pharmaceutics 2019, 11(3): 129. 3. Aminah S dan Nusratini, Absorpsi in vitro sulfametoksazol dengan polisorbat 80: Tinjauan termodinamika, majalah Farmaseutik 2010, 6(2): 1-6 4. Miller DL, Rat small intestine: Development, composition, and effect of perfusion, The American Journal of Digestive Disease 1971, 16: 147-54 5. Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi UGM, Buku Petunjuk Praktikum Biofarmasetika, Fakultas Farmasi UGM, 2010 6. Crane RK and Wilson TH, In vitro method for the study of the rate of intestinal absorption of sugars, J Appl Physiol (1958), 12(1): 145-6 7. Wolfe DL, Forland SC, and Benet LZ, Drug transfer across intact rat intestinal mucosa following surgical removal of serosa and muscularis externa (1973), 62(2): 200-5 8. Perrier D and Gibaldi M, Animal model for investigating intestinal drug absorption: Various antibiotics, J Pharm Sci (1973), 62(9): 1486-90 9. Prihapsara F, Saputra WA, Artanti AN, Ermawati DE, Rohmani S, and Yugatama A, Permeability of Piroxicam with sodium lauryl sulfate as surfactact, IOP Conf Ser: Mater Sci Eng (2019), 578: 012054 10. Won YY and Ramkhirna D, Revised formulation of Fick’s, Fourier’s, and Newton’s Laws for Spatially Varying Linear Transport Coefficients, ACS Omega (2019), 4(6): 11215-22



DOI: https://doi.org/10.22146/ijl.v3i1.62558

Article Metrics

Abstract views : 41595 | views : 91067

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Indonesian Journal of Laboratory

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


 

View My Stats