Produktivitas Talas (Colocasia esculenta L. Shott) di Bawah Tiga Jenis Tegakan dengan Sistem Agroforestri di Lahan Hutan Rakyat

https://doi.org/10.22146/jik.10166

Aris Sudomo(1*), Aditya Hani(2)

(1) Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Ciamis Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4, Ciamis 46201
(2) Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Ciamis Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4, Ciamis 46
(*) Corresponding Author

Abstract


Tanaman talas (Colocasia esculenta L. Shott ) merupakan salah satu tanaman yang merupakan jenis tanaman pangan fungsional. Tanaman talas menurut Permenhut P.35/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu termasuk dalam kelompok tanaman pati-patian. Berdasarkan pengetahuan lokal yang masyarakat miliki, agrofrestri talas telah diaplikasikan di lahan-lahan kering hutan rakyat. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan produktivitas talas di bawah beberapa jenis tegakan hutan rakyat dengan sistem agroforestri. Penelitian dilakukan dengan metode survei dan obsevasi lapangan. Jenis agroforestri yang diteliti adalah agroforestri sengon+talas, jabon+talas, manglid+talas serta monokultur talas sebagai kontrol. Pengukuran pertumbuhan dan produksi dilakukan terhadap sampel tanaman talas. Pengukuran pertumbuhan meliputi pertumbuhan tinggi, jumlah daun,berat basah batang dan daun, berat kering batang dan daun. Parameter produktivitas talas adalah berat basah umbi dan berat kering umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tegakan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawah talas dalam sistem agrofrestri. Jenis tegakan jabon memberikan hasil biomassa tanaman talas (366,57 g/tanaman) paling baik dibanding pada tegakan sengon (266,15 g/tanaman), manglid (175,64 g kg/tanaman) dan monokultur (182,98 g/tanaman). Intensitas cahaya di bawah tegakan jabon dalam sistem agroforestri adalah 41,17%. Jenis tegakan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawah talas dalam sistem agrofrestri. Jenis tegakan jabon memberikan hasil produksi berupa berat basah dan berat kering umbi talas (2.333,0 g/tanaman/ 884,3 g/tanaman) paling baik dibanding di bawah tegakan sengon (1.597,0 g/tanaman/ 535,7 g/tanaman), manglid (607,6 g/tanaman/ 213,6 g/tanaman) dan monokultur talas (739,4 g/tanaman/ 256,3 g/tanaman).

Kata kunci: agroforestri, hutan rakyat, produktivitas, tegakan, talas hutan.

Productivity of taro (Colocasia esculenta L. Shott) under three species stands using  agroforestry system in community forest site

Abstract

Taro (Colocasia esculenta L. Shott ) is a functional food plant. Based on Permenhut P.35/2007 with regard to Non Wood Forest Product, taro is categorized as a starch plant. According to the knowledge of local people, the agroforestry of taro has been applied on dry land of private forest. The objective of this research was to evaluate the growth and productivity of taro under three tree species of the private forest using agroforestry system. Survey and field observation were conducted in this research. Agroforestry systems were observed on sengon+taro, jabon+taro, manglid+taro, and monoculture of taro as a control. Growth and production of taro plants were measured, including height growth, number of leaves, wet and dry weight of leaves and stems. Wet and dry weight of tuber were recorded to calculate the taro production. Tree species showed significant effects on growth and production of taro plant in agroforestry system. The highest biomass of taro (366.57 g/plant) was found under jabon species, followed by sengon (266.15 g/plant), manglid (175.64 g/plant), and taro monoculture (182.98 g/plant), respectively. The light intensity under jabon tree in agroforestry system was 41.17%. The highest production of wet and dry weight of taro tuber were 2,333.0 g/plant and 884.3 g/plant, which was resulted under jabon stands, followed by under sengon stands (1,597.0 g/plant and 535.7 g/plant), under manglid stands (607.6 g/plant and 213.6 g/plant) and monoculture (739.4 g/plant and 256.3 g/plant), respectively.

 


Keywords


agroforestry; private forest; productivity; stand; taro

Full Text:

PDF


References

  1. Anggarwulan E, Solichatun, & Mudyantini W. 2008. Karakter fisiologi kimpul (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) pada variasi naungan dan ketersediaan air. Biodiversitas 9, 264-268.
  2. Anikwe MAN, Mbah CN, Ezeaku PI, & Onyia VN. 2007. Tillage and plastic mulch effects on soil properties and growth and yield of cocoyam (Colocasia esculenta) on an ultisol in southeastern Nigeria. Soil & Tillage Research 93, 264-272.
  3. Budiyanto S. 2009. Dukungan iptek bahan pangan pada pengembangan tepung lokal. Buletin Pangan 54 (18), 55-67.
  4. Dhyani SK & Tripathi S. 1999. Tree growth and crop yield under agrisilvicultural practices in north-east India. Agroforestry System 44, 1-12.
  5. Gonçalves RF, Silva AMS, Silva AM, Valentão P, Ferreres F, Izquierdo AG, Silva JB, Santos D, & Andrade PB. 2013. Influence of taro (Colocasia esculenta L. Shott) growth conditions on the phenolic composition and biological properties. Food Chemistry 14, 3480-3485.
  6. Howeler RH, Ezumah HC, & Midmore DJ. 1993. Tillage systems for root and tuber crop in the tropics. Soil and Tillage Research 27, 211-240.
  7. Indrajaya Y & Siarudin M. 2013. Daur finansial hutan rakyat jabon di Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jurnal Hutan Tanaman 10(4), 201-211.
  8. Krisnawati H, Kallio M & Kanninen M. 2011. Anthocephalus cadamba Miq. Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. CIFOR, Bogor. 22.
  9. Musukwe TNW, Wilson J, Sprent JI, Ong CK, Deans JD, & Okorio J. 2008. Tree growth and management in Uganda agroforestry system : effects of root pruning on tree growth and crop yield. Tree Physiology 28, 233-244.
  10. Riyanto HD & Pamungkas BP. 2010. Model pertumbuhan tanaman sengon untuk pengelolaan hutan. Tekno Hutan Tanaman 3(3), 113-120. Schroth G. A review of belowground interactioan in agroforestry, focussing on mechanisms and management options. Agroforestry System 43, 5-34.
  11. Sulistiyawati PV, Kendarini N, & Respatijarti. 2014. Observasi keberadaan talas-talasan genus Colocasia dan Xanthosoma di Kec. Kedungkandang Kota Malang dan Kec. Ampelgading, Kabupaten Malang. Jurnal Produksi Tanaman 2(2), 86-93.
  12. Wijayanto N & Pratiwi E. 2011. Pengaruh naungan dari tegakan sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) terhadap pertumbuhan tanaman porang (Amorphophallus onchophyllus). Silvikultur Tropika 2(1), 46-51.



DOI: https://doi.org/10.22146/jik.10166

Article Metrics

Abstract views : 17248 | views : 54911

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2014 Jurnal Ilmu Kehutanan




© Editorial Board Jurnal Ilmu Kehutanan
Faculty of Forestry, Universitas Gadjah Mada
Building D 2nd floor
Jl. Agro No 1, Bulaksumur, Sleman 55281
Phone. +62-274-512102, +62-274-550541, +62-274-6491420
Fax. +62-274-550541 E-mail : jik@ugm.ac.id
former website : jurnal.ugm.ac.id/jikfkt/
new website : jurnal.ugm.ac.id/v3/jik/

 

Indexed by:

 

Jurnal Ilmu Kehutanan is under the license of Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International

Creative Commons License