Klasifikasi Habitat Mangrove untuk Pengembangan Silvofishery Kepiting Soka (Scylla serrata) di Pantai Utara Kabupaten Rembang

https://doi.org/10.22146/jik.10192

Erny Poedjirahajoe(1*)

(1) Bagian Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada Jl. Agro No.1, Bulaksumur, Sleman 55281
(*) Corresponding Author

Abstract


Pemanfaatan mangrove untuk silvofishery mampu mendatangkan keuntungan bagi masyarakat sekitarnya, maka perlu dikembangkan agar hasilnya optimal dan berkelanjutan. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan klasifikasi karakteristik habitat mangrove yang sesuai untuk pengembangan kepiting soka yang selama ini sudah dikembangkan di Pantai Utara Pemalang. Penelitian dilakukan di Pantai Utara Kabupaten Rembang pada tahun tanam 2000, 2003, dan 2004. Masing-masing tahun tanam dibagi menjadi jalur-jalur tegak lurus garis pantai. Setiap jalur diletakkan 3 petak ukur 5 x 5m sesuai dengan zonasi yang ada pada hutan mangrove, kemudian diukur kerapatan tanaman mangrove, ketebalan lumpur, DO, salinitas, suhu, pH, dan kepadatan plankton. Sebagai pembanding, maka diambil pula data karakteristik habitat di mangrove Pemalang yang sudah digunakan silvofishery kepiting soka. Data pada setiap petak ukur dirata-rata dan dibedakan pada setiap zonasi. Data setiap zonasi dianggap sebagai relevé. Relevé-relevé pada kedua lokasi kemudian dianalisis menggunakan uji pengelompokan atau cluster analysis dengan metode jarak Mean Euclidean Distance (MED). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya cluster yang terbentuk kurang bervariasi. Sepintas terlihat hanya ada 2 kelompok besar yang terpisahkan, yaitu pada jarak cluster 10. Pengelompokan demikian ini cukup bagus karena kemiripan habitat ditunjukkan secara ekstrim oleh dua kelompok besar tersebut. Meskipun pada jarak cluster 5 terdapat kelompok yaitu relevé 3,6,8 dengan relevé 2, namun demikian kurang terlihat jika dibanding dengan jarak di atasnya. Pada umumnya habitat mangrove di Rembang kurang sesuai untuk pemeliharaan kepiting soka, karena hanya relevé 1 yang sesuai. Perlakuan lebih lanjut untuk perbaikan habitat diperlukan agar jenis kepiting ini dapat hidup dengan optimal.

Kata kunci: silvofishery, kepiting soka, habitat mangrove, Rembang, relevé.

 

Classification of mangrove habitat for  development of soka crab (Scylla serrata) silvofishery in the north coast of Rembang Regency

Abstract

Silvofishery practices as mangrove utilization have been providing various benefit for local societies, thus it needs to be developed for its product optimization and sustainability. Providing suitable area for silvofisheries is crucial for the development of silvofishery. This study was aimed to classify the mangrove habitat characteristics that were suitable for soka crab farming in the north coast of Rembang Regency, following the success of the north coast of Pemalang Regency. This research were conducted in the north coast
of Rembang Regency in 2000, 2003, and 2004 planting years. Perpendicular transects to the coastal line were established on each plantation area. On each transect, three plots of 5 x 5 m were established and distributed on each mangrove zone. Mangrove tree density, mud depth, dissolved oxygen, salinity, temperature, pH and plankton density were measured from each plot. The measurements of habitat characteristics were also conducted in the mangrove area of Pemalang, where soka crab farming was developed earlier as a comparison between areas with the same plantation period). Data collected from all plot were averaged and differentiated based on Mangrove zonation. Data of each zone were treated as relevé. The relevé of the two study sites (Rembang and Pemalang) were then analyzed using cluster analysis with Mean Euclidean Distance (MED). The results showed that the cluster was relatively less various. There were two main separated groups with cluster distance at 10. This grouping was relatively good, indicated by distinctive similarity of habitat within each group. At cluster distance of 5, there were two main groups which were relevé 3,6,8 with relevé 2 and the rest as other group. Whereas the cluster distance of 5 in the relevé 3,6,8 was grouped with relevé 2, but it was not clearer than above group. Commonly, mangrove habitat in Rembang was less suitable for soka crab farming because only relevé 1 was suitable for the habitat of this crab. Further intervention is required for habitat improvement.


Keywords


silvofishery; soka crab; mangrove habitat; Rembang; relevé

Full Text:

PDF


References

  1. Hogarth P. 1999. The Biology of Mangrove. Mc Graw-Hill Pub. 112. Kathiseran K & Bingham BL. 2001. Biology of mangroves and mangrove ecosystems. Advances in Marine Biology 40, 81-251.
  2. Koch EW. 2001. Beyond light: Physical, biological, and geochemical parameters as possible submersed aquatic vegetation habitat requirements. Estuaries 24, 1-17.
  3. Ludwig JA & Reynold JF. 1988. Statistical Ecology. Mc-Graw Hill. London. 184.
  4. Mueller-Dombois D & Ellenberg H. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. John Willey and Sons. New York.
  5. Nybakken JW. 1988. Ocean Biology: An Ecological Approach. John Wiley & Sons.
  6. Nontji A. 2008. Plankton Laut. Penerbit LIPI. Jakarta. 331.
  7. Poedjirahajoe E. 2007. Pengelompokan mangrove berdasarkan faktor habitat di Pantai Utara Jawa Tengah. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang Perikanan dan Kelautan. Fakultas Pertanian UGM, 2007.
  8. Poedjirahajoe E. 2008. Kisaran efektif oksigen terlarut untuk pengembangan silvofishery di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Pantai Utara Rembang. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang Perikanan dan Kelautan. Fakultas Pertanian UGM, 2008.
  9. Poedjirahajoe E. 2009. Peranan Mangrove dalam Peningkatan Berat Kepiting Soka di Pantai Utara Pemalang. DPP Fakultas Kehutanan UGM.
  10. Poedjirahajoe E. 2010. Peranan ekosistem mangrove dalam pengembangan silvofishery. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang Perikanan dan Kelautan. Fakultas Pertanian UGM, 2010.
  11. Poedjirahajoe E, Sidharta BR, Probosunu N. Ambarwati D, & Utami D. 2010. Analisis ekologis dan variasi genetik mangrove di pesisir Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Lombok Timur. Prosiding Seminar PERHAPI TPT XX Lombok-NTB.
  12. Ricklefs RE & Latham RE. 1993. Global patterns of diversity in mangrove floras. Dalam : Species Diversity in Ecological Communities. Ricklefs RE & Schulter D (Eds.). University of Chicago Press, Chicago, 215-229.
  13. Robinson CLK, Hay DE, Booth J, & Truscott J. 1996. Standard methods for sampling resources and habitats in coastal subtidal regions of British Columbia: Part 2-Review of sampling with preliminary recommendations. Canadian Technical Report of Fisheries and Aquatic Sciences. XXXX: xii + 119.
  14. Skoog DA, West DM, Holler JF, & Crouch SR. 2000. Fundamentals of Analytical Chemistry. Brooks Cole. USA.
  15. Sulaeman, Suparto, & Eviati. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.



DOI: https://doi.org/10.22146/jik.10192

Article Metrics

Abstract views : 7270 | views : 17981

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2015 Jurnal Ilmu Kehutanan




© Editorial Board Jurnal Ilmu Kehutanan
Faculty of Forestry, Universitas Gadjah Mada
Building D 2nd floor
Jl. Agro No 1, Bulaksumur, Sleman 55281
Phone. +62-274-512102, +62-274-550541, +62-274-6491420
Fax. +62-274-550541 E-mail : jik@ugm.ac.id
former website : jurnal.ugm.ac.id/jikfkt/
new website : jurnal.ugm.ac.id/v3/jik/

 

Indexed by:

 

Jurnal Ilmu Kehutanan is under the license of Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International

Creative Commons License