PRINCIPLE OF CABOTAGE WITHIN AVIATION ACTIVITIES IN INDONESIA

https://doi.org/10.22146/jmh.15870

Harry Purwanto(1*)

(1) Department of International Law Faculty of Law Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
(*) Corresponding Author

Abstract


Liberalization their logging services makes the concept of cabotage which was known in the field of shipping, has now become part of the field of aviation. Such a situation when associated with the concept of state sovereignty in the air space, juridically has caused a serious intersection. In countries that do not accept the concept of air cabotage, often found smuggling air cabotage laws. Thus requiring the state government concerned to judicial action in order to protect its national airline company, including the Government of Indonesia. Adanya Liberalisasi jasa penebangan menjadikan konsep cabotage yang tadinya dikenal dalam bidang pelayaran, kini menjadi bagian dalam bidang penerbangan. Situasi demikian bila dikaitkan dengan konsep kedaulatan negara di ruang udara, secara yuridis telah menimbulkan persinggungan yang cukup serius. Pada negara yang belum menerima konsep cabotage udara, sering ditemukan penyelundupan hukum cabotage udara. Sehingga mengharuskan pemerintah negara yang bersangkutan melakukan tindakan yuridis dalam rangka melindungi perusahaan penerbangan nasionalnya, termasuk Pemerintah Indonesia.

Keywords


sovereignty; cabotage; flight liberalization; kedaulatan; sabotase; liberalisasi penerbangan

Full Text:

Untitled


References

A. Books

Abdurrasyid, Priyatna, 2003, Kedaulatan Negara di Ruang Udara, Riefka, Jakarta.

Balck, Henry Campbell, 1979, Black’s Law Dictionary, St, Paul Minn West Publhising Co, Minnesota.

Istanto, F. Sugeng, 2007, Penelitian Hukum, Ganda, Yogyakarta.

Johnson, 1965, Rights in Air Space, Manchester University Press, Manchester.

Kantaatmadja, Mieke Komar, 1988, Berbagai Masalah Hukum Udara dan Angkasa, Remadja Karya, Bandung.

Kusumaningrum, Adi, 2012, Prinsip Cabotage dalam Industri Penerbangan Indonesia di Era Asia Single Aviation Market 2015, Arena Hukum, Malang.

Martono, K. and Usman Malayu, 1996, Perjanjian Angkutan Udara di Indonesia, Mandar Maju, Bandung.

Martono, K. and Sudiro, Amad, 2009, Hukum Angkutan Udara; Berdasarkan UURI No. 1 Tahun 2009, Rajawali Pers, Jakarta.

Martono, K., 2009, Hukum Penerbangan Berdasarkan UURI No. 1 Tahun 2009, Mandar Maju, Bandung.

Suherman, E., 1984, Airspace and Regional Aerospace, Alumni, Bandung.

Wassenbergh, 1957, Post-War International Civil Aviation Policy and the Law of the Air, Martinus Nijhoff Publishers, Leiden.

Wiradipradja, Saefullah, 1990, Tinjauan Singkat Atas Berbagai Perjanjian Internasional di Bidang Hukum Udara, Lisan, Bandung.

Zylicz, Marek, 1992, International Air Transport Law, Martinus Nijhoff Publishers, Leiden.

B. Laws and Regulations

Chicago Convention 1944.

Article 39 Law Number 1 of 2009 on Aviation. Paris Convention.

International Air Services Transit Agreement.

D. Internet

Djujmena, Erlangga, “Investor Lokal Air Asia Sepakat Buat Holding”, http://edukasi.kompas.com/read/2011/06/16/12025843/Investor.Lokal.AirAsia.Sepakat.Buat.Holding,accessedon8October 2014.



DOI: https://doi.org/10.22146/jmh.15870

Article Metrics

Abstract views : 1920 | views : 2555

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2016 Harry Purwanto

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Mimbar Hukum Indexed by:

DOAJ (Directory of Open Access Journal) Bielefeld Academic Search Engine (BASE) COREWorldCatLIVIVOCopac JISTHarvard LibraryElectronic Journals LibraryColumbia University LibrariesLeiden University LibrariesUniversity of Saskatchewan-CanadaGent University LibraryWestern Theological SeminaryUniversity of OxfordThe University of SheffieldThe University of Manchester Toronto Public LibraryEbsco  

Member of :

Crossref


MIMBAR HUKUM ISSN: 0852-100X(print), ISSN: 2443-0994(online)