Usaha Gambir Rakyat di Lima Puluh Kota, Sumatera Barat 1833-1930

https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.23703

Selfi Mahat Putri(1*)

(1) 
(*) Corresponding Author

Abstract


Existing studies on the economic history of plantations have hardly considered gambir, (or cat’s claw, Uncaria gambir roxb.), as a marketable commodity. In fact, during the colonial time in Indonesia gambir was one of the export commodities that formed the core of the people’s economy. This paper examines some aspects of the growth and socio-economic functions of the gambir plantations in the West Sumatra region of Lima Puluh Kota in the period from 1833 to 1930. It argues that the production and the marketing of gambir as an export commodity excelled other commodities in terms of quantity in the early period under study. However, the fact that gambir continued to be exported as a raw material made the decline of its popularity compared to other commodities such as coffee and pepper.

Keywords


Gambir, economic history, people’s plantation, Lima Puluh Kota

Full Text:

PDF


References

Arsip

ANRI, Jakarta, Staatsblad Nederlandsch Indie, voor het jaar 1816, 5.

ANRI, Jakarta, Uittreksel uit het Register der Besluiten van de Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie. Buitenzorg, den 16-den Juni 1929.

Buku

A.A Navis. Alam Takambang jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau.Jakarta: PT Grafti Pers, 1986.

Bambang Purwanto. “Menelusuri Akar Ketimpangan dan Kesempatan Baru: Catatan tentang Sejarah Perkebunan Indonesia” dalam Jawa Abad XX, Perkebunan dan Dinamika Pedesaan. Yogyakarta: Tim Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Pengajaran (SP4) Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada,2005.

Booth, Anne, William J.O’Mallay dan Anna Weidemann. Sejarah Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES, 1988.

Colombijn, Freek. Paco-paco (Kota) Padang. Yogyakarta: Ombak, 2006.

Creutzberg Pieter dan J.T.M.van Laanaen. Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1987.

Dobbin, Christine. Kebangkitan Islam dalam Ekonomi Petani yang Sedang Berubah, Sumatera Tengah, 1784-1874. Jakarta: INIS,1992.

Graves, Elizabeth E.Asalusul Elite Minangkabau Modern: ResponterhadapKolonial Belanda Abad XIX / XX . Jakarta: YayasanObor Indonesia, 2007.

Gusti Asnan. Trading and Shipping Activities: the West Coast of Sumatra 1819-1906. Jakarta: Yayasan Rusli Amran, 2000.

_____________, Memikir Ulang Regionalisme Sumatera Barat Tahun 1950-an. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Young, Kenneth R. “SistemTanamPaksa di Sumatera Barat: Stagnasi Ekonomi dan Jalan Buntu dalam Politik” dalam Anne Booth et.al, Sejarah Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES, 1988.

Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1994.

M.D. Mansoer, dkk. SedjarahMinangkabaoe. Djakarta: Bharata, 1970.

Marsden, William. Sejarah Sumatra. Jakarta:KomunitasBambu, 2008.

Mestika Zed. Pemberontakan Komunis Silungkang 1927: Studi Gerakan Sosial di Sumatera Barat. Yogyakarta: Syarikat Indonesia, 2004.

Mochtar Naim. Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1984.

Rusli Amran. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan, 1981.

__________, Sumatera Barat Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan, 1985.

__________, Sumatera Barat “Pemberontakan Pajak 1908”. Jakarta: PT. Gita Karya, 1988.

Sabar. Kebijakan Beras Pemerintah Belanda di Sumatera Barat Tahun 1930-1942. Padang: Andalas University Press, 2006.

Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo. Sejarah Perkebunan di Indonesia Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Adytia Madia, 1991.

Sumitro Djojohadikusumo. Kredit Rakyat di Masa Depresi,Jakarta: LP3ES, 1989.

Yondridan Indri Anwar.Potensi dan Hambatan Budaya dalam Mempersiapkan Otonomi Daerah: Studi tentang Persepsi Masyarakat terhadap UU no. 22 dan UU No.25 Tahun 1999 di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat. Jakarta: Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata, 2002.

Zaiyardam Zubir. Pertempuran nan tak kunjung usai: Eksploitasi Buruh Tambang Batubara Ombilin oleh Kolonial Belanda 1891-1927. Padang: Andalas University Press, 2006.

Zulqayyim.Boekittinggi Tempo Doeloe. Padang: Andalas University Press, 2006.

Thesis, Skripsi dan Laporan Penelitian

Adrial Adli. “Perdagangan Hasil Bumi Sumatera Barat di Kota Padang Masa Kolonial 1900-1930”, Thesis Universitas Gadjah Mada 1994.

_________, “Dinamika Perdagangan Hasil Bumi di Pesisir Barat Sumatera Masa Kolonial (1870-1942)”, Laporan Penelitian Universitas Andalas 1997.

Ahmad Swendri. “ Uji Teknis Alat Kempa Gambir Sistem Ulir Tekan (Spindle Press)”, Skripsi, Padang: Fak Pertanian Unand, 2005.

Andi Asoka, dkk. “Stratifkasi Sosial Minangkabau Pra Kolonial”, Laporan Penelitian, Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas, 1991.

Dedi Amran. “Mangampo: Studi Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir Kotoalam, Kabupaten Lima Puluh Kota 1990-1998”. Skripsi Fakultas Sastra Unand 2002.

Dedi Asmara. “Sejarah Perkebunan Gambir Rakyat di Nagari Durian Tinggi,Kec. Kapur IX Kab. 50 Kota”, Skripsi,Padang: Unand, 2006.

Disma. “Perkembangan Gambir Rakyat Siguntur tahun 1950-1980”, Skripsi, Padang:Fak Sastra Unand, 1998.

Erniwati. “AsapHio di RanahMinang: Kehidupan Komunitas Tionghoa di Sumatera Barat pada Pertengahan abad XIX-Awal abad XX”, Thesis, Yogyakarta: Program Studi Sejarah, Program Pasca Sarjana UGM, 2002.

Mestika Zed. “Melayu Kopi Daun: Eksploitasi Kolonial dalam Sistem Tanam Paksa Kopi di Minangkabau Sumatera Barat 1847 1908” Thesis , Jakarta: UI,1983.

Artikel

Colombijn, Freek. “The ecological sustainability of frontier societiesin eastern Sumatra”,dalam Peter Boomgaard, FreekColombijn& David Henley (ed.),Explorations in the Environmental History of Indonesia, Leiden: KITLV, 1997, pp. 320-325.

GustiAsnan. “Transportation on the west coast of Sumatra in the nineteenth century” dalamFreekColombijn (ed.), On The Road. The Social Impact of New Roads in Southeast Asia, Leiden: KITLV, 2002, pp. 727-741.

Surat Kabar dan Majalah

Paerels,J.J., “De Cultuur van Gambir in den Indischen Archipel” Nederlandsch Indie Oud & Nieuw, Den Haag: Achtste Jaargang 1923-1924.

Tempo, 8 Maret 2005.

Republika,17 November 2008.

Thee Kian Wie, “Kolonialisme dan Ekonomi Indonesia” Prisma No.11, Tahun 1984, hlm. 51.

Sumber Internet

Anton Sumantri,“Prospek Pengembangan Tanaman Gambir Masih Terbuka Lebar” http://www.unpad.ac.id/berita (diakses tanggal 20 September 2009).

Bambang Purwanto, “Menelusuri Akar Ketimpangan dan Kesempatan Baru: Catatan tentang Sejarah Perkebunan Indonesia”, http://sejarah.fb.ugm.ac.id/artikel

Eni Hayani, “Analisis kadar catechin dari gambir dengan berbagai metode”, http://www.pustakadeptan.go.id/publikasi/bt08103j.pdf. (diakses tanggal 20 september 2009)

Rita MargarethaSetianingsih, “Candidan Taman, DahuludanSekarang”, http://kulinerkita.multiply.com/reviews/item/267 (diaksestanggal 4 Maret 2009, Jam 16.00Wib.

Trisno Aji Putra, “Jejak Sebatang Gambir Terakhir di Tanah Bintan”, dalam www.riau.go.id (diakses tanggal 12 Maret 2008 Pukul 7.00 Wib).

Julianery,“Kabupaten 50 Kota”, dalam kompas 4 Mei 2001, diakses tanggal 12 Mei 2008 Pukul 7.00 Wib).

M.Hadad, dkk.”Teknologi budidaya dan pengolahan hasil gambir”, Balai penelitian tanaman rempah dan aneka tanaman industri, balai besar penelitian dan pengkajian teknologi pertanian, dalam http://balittri.litbang.deptan.go.id, Diakses tanggal 4 Maret 2009 jam 9.00 Wib.

www.balittro.go.id, “budidaya, pengolahan hasil”, diakses tanggal 4 Maret 2009 jam 9.00 Wib.

http://www.aagos.ristek.go.id, “pengolahan gambir secara tradisional”, diakses tanggal 4 Maret 2009 jam 9.00 Wib.

http://www.sinartani.com, ” pengolahan gambir”, diakses tanggal 4 Maret 2009 jam 9.00 Wib.

Sumber Lisan

Masis. 60 Tahun. Petani Gambir. Koto Gadang.

Dalimi. 65 Tahun. Petani Gambir. Ronah, Maek.

H. Imi. 60 Tahun. Pedagang Gambir. Koto Gadang.

Masri. 71 Tahun. Petani Gambir. Koto Gadang.

Awis Karni. 73 Tahun. Petani Gambir. Ronah, Maek.

Ayuk. 77 Tahun. Petani Gambir. Ronah, Maek.

Niur. 75 Tahun. Petani Gambir. Sopan Gadang.

Kawi. 78 Tahun. Petani Gambir. Sopan Gadang.

Sile. 74 Tahun. Petani Gambir. Sopan Tanah.

Daulat. 76 Tahun. Petani Gambir. Koto Tinggi.

Nuar. 75 Tahun. Petani Gambir. Harau, Sarilamak.

Burhan. 79 Tahun. Petani Gambir. Koto Tinggi.

Pami. 71 Tahun. Petani Gambir. Ronah, Maek.

Dt. Rum. 80 Tahun. Pedagang Gambir. Banja Laweh, Guntuang.



DOI: https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.23703

Article Metrics

Abstract views : 3874 | views : 18928

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2017 Lembaran Sejarah

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


ISSN 2620-5882(online) | © 2024 Lembaran Sejarah

View My Stats