Menyuap Nasi, Mencerna Memori: Memori Kolektif Hongeroedeem

https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.23811

Galuh Ambar Sasi(1*)

(1) 
(*) Corresponding Author

Abstract


Javanese families usually say nek mangan dienthekke, ndak pithikke mati to persuade their children to finish their food when they eat. Slightly different sentence is found in the villages of southern Purworejo; nek mangan dienthekke, elinga zaman odhim. Base on ithe nterview sources, it is known that it represents collective memory of starvation in the green revolution era.

Keywords


starvation, eating habits, collective memory, green revolution

Full Text:

PDF


References

Buku

Baha’udin. 2010. “Ketahanan Pangan pada Masa Orde Baru: Menciptakan Stabilitas Ekonomi dan Politik Melalui Pangan”, dalam Sri Margana (ed.), Sejarah Pangan di Indonesia: Strategi dan Politik Pangan dari Masa Kolonial sampai Reformasi. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Geografi Sejarah. hlm. 240-242.

Kantor Statistik & Bappeda Kabupaten Purworejo. 1984. Purworejo dalam Angka Th. 1980 & 1981. Purworejo: Kantor Statistik Kabupaten Purworejo.

Poorwo Soedarmo. 1957. Hidangan Sehat: Menyempurnakan Kesehatan dengan Susunan Hidangan yang Benar. Jakarta: Djambatan.

Reid, Anthony. 2011. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid I: Tanah di Bawah Angin. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Wawancara

Agnes Ngatini. 63 tahun. Wonosari. Buruh tebu; korban pencurian

Giyem. 84 tahun. Wonosari. Penjual kayu; buruh menumbuk padi; korban pencurian.

Kasan Kendher. 80-an. Wonosari. Penjual kayu; buruh ronda; korban pencurian.

Kismo Wasito. 67 tahun. Wonosari. Mandor tebu; korban pencurian.

Mateus Tugino. 57 tahun. Wonosari. Remaja; buruh tebu; ikut-ikutan mencuri.

Mbok Karto Dimedjo. 100-an. Wonosari. Pemilik makanan terbanyak; pedagang; pemilik omah sebatu; korban pencurian.

Paulus Danuri. 83 tahun. Wonosari. Penanggungjawab dan distributor bantuan dari gereja; korban pencurian.

Radiyat. 63 tahun. Wonosari. Pedagang; korban pencurian dan garongan.

Reso Mulyono. 67 tahun. Wonosari. Tergolong keluarga kaya; penari; pemain wayang wong.

Riyem. 80 tahun. Wonosari. Istri Paulus Danuri.

Sonto Sumarno. 83 tahun. Wonosari. Pedagang; tergolong kaya; korban pencurian.

Sri Rejeki. 73 tahun. Wonosari. Istri Paulus Danuri.

Sutresno. 79 tahun. Wonosari. Kebayan pengganti Amat Usup.

Suwarni. 52 tahun. Wonosari. Pendatang dari Bantul; istri Simin; korban pencurian.

Suwarto. 57 tahun. Wonosari. Sekretaris desa Wonosari saat ini; tergolong keluarga kaya; saat marak pencurian masih anak-anak dan dilarang keluar rumah oleh ayahnya; korban pencurian.

Wiyati. 75 tahun. Wonosari. Distributor bantuan dari gereja; menyediakan makanan untuk tetangga; korban pencurian.

Yakobus Sagi. 75 tahun. Wonosari. Anak mbok Karto Dimedjo; pedagang; penyewa dan pemilik beberapa Balong; membayar orang untuk menggantikan keluarganya meronda.



DOI: https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.23811

Article Metrics

Abstract views : 1802 | views : 3023

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2017 Lembaran Sejarah

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


ISSN 2620-5882(online) | © 2024 Lembaran Sejarah

View My Stats