Ke Mana Arah Historiografi Indonesia Hari Ini?
Wildan Sena Utama(1*)
(1) Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author
Abstract
Indonesiasentris dianggap merupakan pendekatan yang tepat dalam penulisan sejarah Indonesia; ia mendekolonisasi pandangan Eropasentris atau lebih spesifiknya Neerlandosentris yang telah mengakar sebelumnya dengan mengangkat agensi orang-orang Indonesia sebagai subjek utama dalam sejarahnya sendiri. Secara historis, benih-benih dari Indonesiasentris lahir dari kesadaran kritis yang timbul dalam awal abad ke-20 didorong oleh para sarjana Belanda yang terpengaruh oleh ilmu sosiologi dalam merekonstruksi sejarah Indonesia. Dari titik ini embrio Indonesiasentris terkonseptualisasi lebih jelas ketika Indonesia bertransisi dari rezim kekuasaan kolonial menjadi negara baru pascakolonial yang membutuhkan konstruksi
identitas yang baru. Desakan terhadap pendekatan Indonesiasentris muncul dalam iklim dekolonisasi di tahun 1950an saat para sarjana, intelektual, dan sejarawan yang saat itu jumlahnya masih terbatas membutuhkan sebuah formulasi yang dapat memayungi penulisan sejarah Indonesia yang ‘baru’, yang mampu membingkai narasi dan merepresentasikan rupa dari sebuah negara-bangsa yang baru muncul. Namun, dekolonisasi untuk menciptakan ‘manusia baru’ seperti yang diungkapkan oleh Frantz Fanon dalam karya klasiknya The Wretched of the Earth belum menciptakan karya tentang sejarah Indonesia seperti yang
diharapkan, malahan ia melahirkan ‘mitos-mitos baru’ yang dipengaruhi oleh pandangan nasionalisme yang sempit. Dalam kondisi negara-bangsa yang masih baru dan rentan terkoyak akibat dipenuhi berbagai ragam tantangan, konflik antara pusat dan daerah, ketidakstabilan politik, dan perdebatan yang belum selesai atas sistem politik negara, maka penciptaan mitos-mitos yang dipenuhi oleh semangat nasionalis cenderung dilakukan.
identitas yang baru. Desakan terhadap pendekatan Indonesiasentris muncul dalam iklim dekolonisasi di tahun 1950an saat para sarjana, intelektual, dan sejarawan yang saat itu jumlahnya masih terbatas membutuhkan sebuah formulasi yang dapat memayungi penulisan sejarah Indonesia yang ‘baru’, yang mampu membingkai narasi dan merepresentasikan rupa dari sebuah negara-bangsa yang baru muncul. Namun, dekolonisasi untuk menciptakan ‘manusia baru’ seperti yang diungkapkan oleh Frantz Fanon dalam karya klasiknya The Wretched of the Earth belum menciptakan karya tentang sejarah Indonesia seperti yang
diharapkan, malahan ia melahirkan ‘mitos-mitos baru’ yang dipengaruhi oleh pandangan nasionalisme yang sempit. Dalam kondisi negara-bangsa yang masih baru dan rentan terkoyak akibat dipenuhi berbagai ragam tantangan, konflik antara pusat dan daerah, ketidakstabilan politik, dan perdebatan yang belum selesai atas sistem politik negara, maka penciptaan mitos-mitos yang dipenuhi oleh semangat nasionalis cenderung dilakukan.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.97590
Article Metrics
Abstract views : 2770 | views : 2338Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2024 Lembaran Sejarah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.