Gambaran Pengobatan Terapi Obat Antituberkulosis (OAT) Pada Pasien TB Koinfeksi HIV Di RSUD Abepura Jayapura Papua

https://doi.org/10.22146/farmaseutik.v20i1.82706

Nuniek Anggraeni(1), Titik Nuryastuti(2*), Arief Nurrochmad(3)

(1) Mahasiswa Magister Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada
(2) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada
(3) Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author

Abstract


Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi oportunistik yang banyak terjadi pada orang dengan HIV/AIDS, dan menjadi penyebab kematian utama. Pasien TB memerlukan terapi pemberian obat secara bersamaan dengan 4 macam obat Antituberkulosis (OAT), yang bila disertai dengan adanya koinfeksi HIV akan menambah jumlah pengobatan dengan ARV sehingga berisiko menyebabkan kegagalan terapi karena semakin banyak obat yang dikonsumsi dan dalam jangka waktu yang panjang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran terapi dan luaran klinik pada pasien TB koinfeksi HIV di RSUD Abepura Jayapura Papua. Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan metode univariat meliputi data karakteristik subjek, gambaran penggunaan obat dan luaran klinik TB. Sampel terdiri dari 32 pasien TB koinfeksi HIV selama periode 1 Januari 2019 sampai dengan 31 Desember 2021 yang baru terdiagnosis TB dan HIV secara bersamaan, mendapat terapi OAT dan belum pernah mendapat terapi ARV sebelumnya. Kelompok pasien TB koinfeksi HIV lebih banyak ditemukan pada kelompok usia muda dan produktif 18-40 tahun (93,75%), laki-laki (68,75%), pasien yang bersekolah pada tingkat menengah atas (68,75%), pasien yang belum menikah (62,50%), tidak bekerja (56,25%), dan banyak terjadi pada suku papua (90,63%). Lokasi anatomi yang paling banyak terjadi pada paru (75%), sediaan OAT yang paling banyak digunakan dalam bentuk kombipak (84,38%), paduan OAT yang banyak digunakan RHZE (93,75%) dengan durasi 6-8 bulan (50%). Tingkat keberhasilan terapi mencapai 62,5% (pasien sembuh 21,88% dan pengobatan lengkap 40,62%), dengan pasien putus pengobatan 37,5%.


Keywords


TB koinfeksi HIV; OAT; luaran terapi TB

Full Text:

PDF


References

1. Diedrich CR, O’Hern J, Wilkinson RJ. HIV-1 and The Mycobacterium Tuberculosis Granuloma: A Systematic Review and Meta-Analysis. Tuberculosis. 2016;98:62-76.

2. World Health Organization. Tuberkulosis. Published 2022. Accessed August 18, 2022. https://www.who.int/indonesia/news/campaign/tb-day-2022/fact-sheets

3. Kementerian Kesehatan RI. Dashboard TB. TBC Indonesia. Published 2022. Accessed August 19,2022. https://tbindonesia.or.id/pustaka-tbc/dashboard-tb/

4. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Laporan Perkembangan HIV AIDS & Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan III Tahun 2020. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2020.

5. Dinas Kesehatan Kota Jayapura. Progres Report Program TB Kota Jayapura Tahun 2022. Dinkes Kota Jayapura; 2022.

7. Getahun H, Gunneberg C, Granich R, Nunn P. HIV Infection—Associated Tuberculosis: The Epidemiology and the Response. Clinical Infectious Diseases. 2010;50(Supplement_3):S201-S207.

8. Domingos MP, Caiaffa WT, Colosimo EA. Mortality, TB/HIV co-infection, and treatment dropout: predictors of tuberculosis prognosis in Recife, Pernambuco State, Brazil. Cad Saúde Pública. 2008;24:887-896.

9. Michael OS, Sogaolu OM, Fehintola FA, Ige OM, Falade CO. Adverse Events To First Line Anti-Tuberculosis Drugs In Patients Co-Infected With Hiv And Tuberculosis. Ann Ib Postgrad Med. 2016;14(1):21-29.

10. Nahid P, Dorman SE, Alipanah N, et al. Official American Thoracic Society/Centers for Disease Control and Prevention/Infectious Diseases Society of America Clinical Practice Guidelines: Treatment of Drug-Susceptible Tuberculosis. Clinical Infectious Diseases. 2016;63(7):e147-e195.

12. Zamy DA, Lestari BW, Hartantri Y. Gambaran Hasil Terapi TB Paru pada Pasien TB-HIV di RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung Tahun 2012-2014. eJKI. 2015;3(3):61243.

13. World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2012. WHO 2012; 2012. Accessed February 18, 2023. https://www.yumpu.com/en/document/view/25997505/global-tuberculosis-report-2012pdf

14. Aditama T. Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Kemenkes RI; 2011.

15. Widiyanti M, Fitriana E, Iriani E. Karakteristik Pasien Koinfeksi TB-HIV DI Rumah Sakit Mitra Masyarakat Mimika Papua. Sel Jurnal Penelitian Kesehatan. 2016;3(2):49-55.

16. Kibret KT, Yalew AW, Belaineh BG, Asres MM. Determinant factors associated with occurrence of tuberculosis among adult people living with HIV after antiretroviral treatment initiation in Addis Ababa, Ethiopia: a case control study. PLoS One. 2013;8(5):e64488.

18. Widoyono A. Penyakit tropis : epidemiologi penularan pencegahan dan pemberantasannya. Universitas Indonesia Library. Published 2011. Accessed February 18, 2023. https://lib.ui.ac.id

19. Pangaribuan S, Khotimah N. Pengetahuan, Suku dan Kepadatan Hunian Sebagai Faktor Risiko Kejadian Tuberkulosis di Puskesmas Malawei Kota Sorong. Jurnal Inovasi Kesehatan. 2020;2(1):27-31.

20. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/90/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2019.

21. Kementerian Kesehatan RI. Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Di Indonesia 2020-2024. Kemenkes RI; 2020.

22. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia. 2nd ed. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2021. Accessed September 27, 2022. https://klikpdpi.com/bukupdpi/buku-guideline-tb-2021-2/

23. Kautsar A, Intani T. Compliance anf Effectiveness of Single Tuberculosis Drugs and Fixed Dose Combination (FDC) on Pediatric Patients in a Hospital in Bandung. 2016;5:215-224.

24. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/755/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2019.

25. Kherabi Y, de Castro N, Sellier PO, et al. Brief Report: Efficacy and Safety of Efavirenz, Raltegravir, and Dolutegravir in HIV-1/TB Coinfection. A Multicenter Retrospective Cohort Study in France. JAIDS Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes. 2022;91(1):85.

26. Widyasrini ER, Probandari AN, Reviono R. Factors Affecting the Success of Multi Drug Resistance (MDR-TB) Tuberculosis Treatment in Residential Surakarta. JEPH. 2017;2(1):45-57.

27. Ibrahim LM, Hadejia IS, Nguku P, et al. Factors associated with interruption of treatment among pulmonary tuberculosis patients in Plateau State, Nigeria, 2011. The Pan African Medical Journal. 2014;17(78).

28. Muna N, Cahyati WH. Determinan Kejadian Tuberkulosis pada Orang dengan HIV/AIDS | HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development). Published 2019. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/24857

29. Selimin DS, Ismail A, Ahmad N, Ismail R, Mohd Azman NF, Azman A. Tuberculosis Treatment Outcome in Patients with TB-HIV Coinfection in Kuala Lumpur, Malaysia. Journal of Tropical Medicine. 2021;2021:e9923378.



DOI: https://doi.org/10.22146/farmaseutik.v20i1.82706

Article Metrics

Abstract views : 89 | views : 41

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Majalah Farmaseutik Indexed by:

   
 
Creative Commons Licence
 
 
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.