Exfoliative Cheilitis dan Penatalaksanaannya

https://doi.org/10.22146/majkedgiind.15677

Dewi Agustina(1*), Goeno Subagyo(2)

(1) Program Studi IKGK Minat Studi Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
(2) Bagian Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
(*) Corresponding Author

Abstract


Latar Belakang: Exfoliative cheilitis adalah suatu keadaan inflamatori kronis superfisisal yang ditandai dengan adanya pengelupasan permukaankeratin bibir sedangkan area yang lain terjadi pembentukan lapisan keratin. Tujuan: untuk melaporkan suatu  kasus Exfoliative cheilitis yang diikuti +  selama 2 bulan beserta penatalaksanaanya. Laporan kasus: seorang wanita berusia 52 tahun mengeluh bibir bawahnya pecah-pecah, terasa kering dan panas berdasarkan pemeriksaan subyektif dan klinis, Exfoliative cheilitis ditetapkan sebagai diagnosis kerja. Penatalaksanaanya: Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE) diberikan kepada pasien pada awal kunjungan disertai pemberian metil prednisolon, Vitamin B1,6,12 dan anjuran untuk menghentikan kebiasaan menjilat-jilat bibir bawah, menghindari stress dan meningkatkan asupan makanan yang mengandung vitamin A. Pada kunjungna berikutnya pemberian metil prednisolon dihentikan karena terdeteksi adanya peningkatan tekanan darah. Untuk selanjutnya kondisi bibir bawah dievaluasi +  selama 2 bulan. Kesimpulan: Progresitas Exfoliative cheilitis dapat dihentikan dengan bantuan KIE serta menghindari faktor pemicu stress, yang pada akhirnya akan dapat meminimalisir aktivitas factitious berupa menjilat-jilat bibir bawah. 

 

Background: Exfoliative cheilitis is a chronic superficial inflammatory condition that is characterized by regular peeling of a superficial excessive layer of karatin, on the other hand, keratinization is developed in the other area. Aim: to report an Exfoliative cheilitis case monitored for two months and its management. Case Report: a 52 year female has been suffering from fissured lower lip with dry and burning sensations. According to subjective and clinical examinations, Exfoliative cheilitis was determined as the working diagnosis. Management: Communication-Information-Education (CIE) were given to the patient at the first visit, besides metyl prednisolon and vitamin B1,6,12 administrations. Patient was also suggested to stop licking the lower lip, to avoid any stress and to increase vitamin A containing food. For the next visit, metyl prednisolon administration was stopped since increasing blood pressure detected. Then, evaluation to the lower lip was conducted during around two months. Conclusion: Progression of exfoliative cheilitis can be stopped by CIE and stress avoidance, in turn, factitious activity (licking the lower lip) can be minimalized.


Keywords


Exfoliative cheilitis; Penatalaksanaan; aktivitas factitious; exfoliative cheilitis; management; factitious activity

Full Text:

PDF



DOI: https://doi.org/10.22146/majkedgiind.15677

Article Metrics

Abstract views : 48563 | views : 58651

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2016 Majalah Kedokteran Gigi Indonesia




Currently, Majalah Kedokteran Gigi Indonesia indexed by:

        

 

 

 

 

 

 View My Stats


real
time web analytics