Faktor dalam swamedikasi antibiotika untuk penanganan penyakit periodontal oleh masyarakat di Kecamatan Godean, Sleman, Yogyakarta

https://doi.org/10.22146/mkgk.83747

Mayu Winnie Rachmawati(1*), Dhienda Hastinesya(2), Aryan Morita(3), Nunuk Purwanti(4)

(1) Departemen Biomedika Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
(2) Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
(3) Departemen Biomedika Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
(4) Departemen Biomedika Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author

Abstract


Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit ronggal mulut dengan prevalensi yang relatif tinggi di Indonesia yaitu 60%. Salah satu hal yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut di masyarakat adalah swamedikasi antibiotika. Swamedikasi didefinisikan sebagai upaya pengobatan menggunakan obat-obatan yang dibeli baik di apotek maupun toko obat tanpa konsultasi dan resep dokter. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi faktor swamedikasi antibiotika pada pengobatan penyakit periodontal oleh masyarakat di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional deskriptif dengan menggunakan purposive sampling. Jumlah responden sebanyak 195 orang yang memiliki pengalaman menderita penyakit periodontal dan melakukan swamedikasi antibiotika. Data
diperoleh melalui kuesioner yang didistribusikan secara online.Hasil menunjukan bahwa perempuan memiliki kecenderungan melakukan swamedikasi lebih tinggi (44,6%) dibandingkan laki-laki. Sementara kelompok usia 17-25 tahun (52,8%) dengan pendidikan terakhir SMA (69,2%) lebih banyak melakukan swamedikasi. Ditinjau dari pekerjaan dan pendapatan, kelompok pelajar (53,8%) dan kelompok dengan pendapatan lebih dari 2 juta per bulan (20,5%) banyak melakukan swamedikasi.

Keywords


antibiotika; penyakit periodontal; swamedikasi

Full Text:

PDF


References

1. WHO. Antibiotic resistance; 2020. Available from: https://www.who.int/news-room/
fact-sheets/detail/antibiotic-resistance. Accessed August 31, 2021

2. Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat. Pedoman Pendataan Survei Sosial Ekonomi Nasional
Tahun 2019. Jakarta Pusat: Badan Pusat Statistik; 2019.

3. Cambaco O, Menendez YA, Kinsman J, Sigaúque B, Wertheim H, Do N, Gyapong M,
John-Langba J, Sevene E, Munguambe K. Community knowledge and practices regarding
antibiotic use in rural Mozambique: where is the starting point for prevention of antibiotic
resistance? BMC Public Health. 2020; 20(1): 1183. doi: 10.1186/s12889-020-09243-x

4. Tjay TH, Rahardja K. Obat-obat penting: khasiat, penggunaan dan efek-efek sampingnya (Ed.
7). Jakarta: Elex Media Komputindo; 2015.

5. h t t p s : / / w w w . k e m k e s . g o . i d / a r t i c l e /view/20030900005/situasi-kesehatan-gigidan-mulut-2019.html

6. Kinane DF, Stathopoulou PG, Papapanou PN. Periodontal diseases. Nat Rev Dis Primers.
2017; 3: 17038. doi: 10.1038/nrdp.2017.38

7. Badan Pusat Statistik. Presentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama
Sebulan Terakhir Menurut Provinsi, 2000 –2017. Jakarta: BPS; 2018.

8. Kementerian Kesehatan RI, Laporan Riskesdas Tahun 2018, http://repository.bkpk.kemkes.
go.id/3514/1/Laporan%20Riskesdas%202018%20Nasional.pdf

9. Zeenot S. Pengelolaan dan penggunaan obat wajib apotek. Yogyakarta: D-Medika; 2013.

10. Suratri MAL, Agus TL, Jovina TA. Gambaran status kesehatan gigi mulut pada masyarakat
di Provinsi di Yogyakarta. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan. 2021;
5(2): 1-10. doi: 10.22435/jpppk.v5i2.5676

11. Setiawan PB, Tandelilin RRC, Nur’aini B. Pemetaan dan faktor risiko sosioekonomi
dan perilaku terhadap kejadian penyakit periodontal di Kecamatan Pudong Kabupaten
Bantul. Jurnal Teknosains. 2020; 9(2): 148 - 158. doi: 10.22146/teknosains.44013

12. Rusli, Tahir M, Restu. Karateristik masyarakat yang melakukan swamedikasi di beberapa
toko obat di kota Makassar. Jurnal Kesehatan. 2017; 1(1): 1–4.

13. Restiyono A. Analysis of the influential factors in antibiotic self-medication in housewives in
Kajen Village, Pekalongan Regency. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 2016; 11(1):
14-27. doi: 10.14710/jpki.11.1.14-27

14. Setiawan PB, Hartono. Analisis spasial kejadian penyakit periodontal berdasarkan
faktor sosioekonomi, perilaku, geografis dan lingkungan di Kecamatan Pudong Kabupaten
Bantul. Journal of Information Systems for Public Health. 2018; 3(3): 33–44.
doi: 10.22146/jisph.34810

15. Aljaouni ME, Hafiz AA, Alalawi HH, Alahmadi GM, Al-Khawaja I. Self-medication practice
among medical and non-medical students at Taibah University, Madinah, Saudi Arabia.
International Journal of Academic Scientific Research. 2015; 3(4): 54-65.

16. Tyas W, Susanto HS, Adi MS, Udiyono A. Gambaran kejadian penyakit periodontal pada usia dewasa muda (15-30 tahun) di Puskesmas Srondol Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2016; 4(4): 510–513.

17. Kodir AIA, Herawati D, Murdiastuti K. Perbedaan efektivitas antara pemberian secara sistemik ciprofloksasin dan amoksisilin setelah scaling dan root planing pada periodontitis kronis penderita hipertensi tinjauan pada probing depth, bleeding on probing, dan clinical attachment level. J Ked
Gi. 2014; 5(4): 323–328.

18. Amin Lz. Pemilihan antibiotika yang rasional. Medicinus. 2014; 27(3): 40–45.

19. Ivoryanto E, Sidharta B, Illahi RK. Hubungan tingkat pendidikan formal masyarakat
terhadap pengetahuan dalam penggunaan antibiotikaa oral di Apotek Kecamatan Klojen.
Pharmaceutical Journal of Indonesia. 2017; 2(2): 31–36.

20. Fernandez BAM. Studi penggunaan antibiotika tanpa resep di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat – NTT. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 2013; 2(2): 1–17.

21. Pan H, Cui B, Zhang D, Farrar J, Law F, Bathein W. Prior knowledge, older age, and higher
allowance are risk factors for self-medication with antibiotics among university students in
southern China. Plos One. 2012; 7(7): e41314. doi: 10.1371/journal.pone.0041314

22. Ali AN, Kai JTTK, Keat CC, Dhanaraj SA. Self-medication practices among health care
professionals in a Private University, Malaysia. International Current Pharmaceutical Journal.
2012; 1(10): 302–310. doi: 10.3329/icpj.v1i10.11846

23. Ayuniyah Q, Indriani Y, Rangga KK. Ketersediaan dan perilaku konsumsi makanan
jajanan olahan siswa Sekolah Dasar di Bandar Lampung. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. 2015;
3(4): 409–418.

24. Jain A, Bhaskar DJ, Gupta D, Agali C, Yadav P, Khurana R. Practice of self-medication for
dental problems in Uttar Pradesh, India. Oral Health dan Preventive Dentistry. 2016; 14(1):
5–11. doi: 10.3290/j.ohpd.a35000

25. Widayati A, Suryawati S, Crespigny C, Hiller J. Knowledge and beliefs about antibiotics
among people in yogyakarta city indonesia: a cross sectional population-based survey.
BMC Research Notes. 2011; 4(1): 38. doi: 10.1186/2047-2994-1-38



DOI: https://doi.org/10.22146/mkgk.83747

Article Metrics

Abstract views : 587 | views : 357

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2022 MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Currently, Majalah Kedokteran Gigi Klinik indexed by:


View my stats

site
stats