Bahasa Buru di Pesisir Utara Pulau Buru: Sebuah Tinjauan Awal terhadap Daya Hidupnya

  • Inayatusshalihah Inayatusshalihah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Keywords: bahasa Buru, daya hidup, faktor vitalitas

Abstract

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak bahasa daerah. Namun, kepunahan mengancam keberadaan bahasa-bahasa itu terutama di wilayah Indonesia bagian timur seperti Maluku. Ancaman kepunahan dapat disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Kedua faktor itu bersama-sama menghentikan transmisi bahasa dan tradisi kultural antargenerasi. Tulisan ini memaparkan daya hidup bahasa Buru yang dituturkan oleh masyarakat Desa Wamlana, Kecamatan Fena Leisela di pesisir utara Pulau Buru, Maluku dengan menggunakan sembilan faktor vitalitas dan keterancaman UNESCO. Data mengenai daya hidup bahasa Buru dijaring dengan kuesioner. Hasil analisis menunjukkan daya hidup bahasa Buru di Desa Wamlana mengalami ancaman pada beberapa faktor vitalitas. Dari segi rasio penutur dalam total populasi, mayoritas penduduk Desa Wamlana merupakan etnis Buru, tetapi bahasa Buru hanya digunakan oleh generasi orang tua ke atas. Sementara anak-anak tidak mampu menuturkan bahasa Buru secara aktif karena terinterupsinya transmisi bahasa antargenerasi. Penggunaan bahasa Buru mengalami pergeseran ke arah penggunaan bahasa Melayu Ambon. Bahasa Buru hanya digunakan pada ranah dan fungsi yang terbatas. Letak Desa Wamlana di daerah pesisir merupakan salah satu faktor yang memengaruhi daya hidup bahasa Buru. Di wilayah tersebut didapati banyak pendatang dari etnis lain, seperti Buton, Bugis, dan Jawa sehingga kontak bahasa tidak dapat dihindari. Selain itu, ketiadaan regulasi pemerintah berkaitan dengan pelindungan bahasa Buru juga turut menjadi penyebab lemahnya daya hidup bahasa Buru di Desa Wamlana. 

Published
2018-10-15
How to Cite
Inayatusshalihah, I. (2018). Bahasa Buru di Pesisir Utara Pulau Buru: Sebuah Tinjauan Awal terhadap Daya Hidupnya. Deskripsi Bahasa, 1(2), 153-161. https://doi.org/10.22146/db.v1i2.332