Akses Masyarakat Adat Terhadap Tanah Ulayat: Studi Kasus pada Masyarakat Adat Minangkabau
PDF

Keywords

agraria
customary land
minangkabau
nagari bawan
reform

How to Cite

Hafidh, A., & Krisdyatmiko, K. (2020). Akses Masyarakat Adat Terhadap Tanah Ulayat: Studi Kasus pada Masyarakat Adat Minangkabau . Journal of Social Development Studies, 1(1), 63-73. https://doi.org/10.22146/jsds.210

Abstract

This article explores how the Bawan Nagari community access their customary land after the Indonesian political reform in 1998, leading to grant social rights' all citizens. To gain further understanding of this topic, the case study method is employed to grasp further complex and detailed issues comprehensively. This study found that community access to customary land faces several challenges stemming from internal and external factors. Internal factors stem from the indegenious tradition system adopted at Nagari Bawan, where the greater dominance to customary leaders in decision making has led to abuse of power. While external factors concerning the formal regulatory framework is suffering from in-contextualized with the current conditions and has not able in accommodating the implementation of customary law that relevant to the current situation; especially the establishment of legal instrument that closely related to the legal protection of customary rights holders.

https://doi.org/10.22146/jsds.210
PDF

References

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) (2017, 27 September). RUU Masyarakat Adat Akan Selesaikan Konflik, http://www.aman.or.id/aman-ruu-masyarakat-adat-akan-selesaikan-berbagai-konflik/ diakses pada 26 Oktober 2017.
AntaraNews Sumbar. (2013, 3 Juli). Masyarakat Bawan Hentikan Aktivitas PT AMP http://www.antarasumbar.com/masyarakat-bawan-hentikan-aktivitas-pt-amp/ diakses pada 15 September 2017.
Astuti, N. B. dkk. (2009), Dilema Dalam Transformasi Desa ke Nagari (Studi Kasus di Kenagarian IV Koto Palembayan, Provinsi Sumatera Barat), Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia, 3(2), pp. 153-172.
Azrial, Y. (2008), Budaya Alam Minangkabau, Padang: Angkasa Raya
Benda-Beckman, F dan Benda-Beckman, K. (1994). Property, Politics, and Conflict: Ambon and Minangkabau Compared. Law & Society Review, 28(3), pp. 589-608.
Berenschot, W. (2018). The political economy of clientelism: A comparative study of Indonesia's patronage democracy. Comparative Political Studies, 51(12).
Creswell, J. W. 1998, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Tradition, London: SAGE Publications.
CNN Indonesia. (2014, 8 Desember), Hutan Adat direbut Negara, Warga Merana, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20141218084758-20-18989/hutan-adat-direbut-negara-warga-merana/ diakses pada 6 Oktober 2017.
Eko, S. (2005), Menggantang Asap?, Kritik dan Refleksi Atas gerakan Kembali ke Nagari, Yogyakarta: IRE.
Evers, Hans-Dieter. (1975), Changing Paterns of Minangkabau Urban Landownership, ANTHROPOLOGICA (17), pp. 86-110.
Firmansyah, N. (2016). Arus Babaliak ka Nagari: Antara Fakta Hibridasi Nagari dan Desa Adat, Makalah disampaikan dalam simposium Nasional Masyarakat Adat II di Universitas Pancasila 16-17 Mei 2016.
Hafidh, A., & Krisdyatmiko. (2018). Akses Masyarakat Adat Terhadap Tanah Ulayat (Studi Kasus pada Masyarakat Adat Minangkabau di Nagari Bawan, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat). Tesis, Universitas Gadjah Mada.
Harian Umum Singgalang. (2015, 11 April) Ninik Mamak dan Ratusan Warga Bawan Duduki Lahan PT AMP, http://hariansinggalang.co.id/ninik-mamak-dan-ratusan-warga-bawan-duduki-lahan-pt-amp/ diakses pada 15 September 2017.
Hardiansyah. (2013). Teori Pengetahuan Edmund Husserl. Jurnal Substantia, 15(2), pp. 228-238.
Harsono, B. (2005), Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang- Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan.
Hukum Online (2011, 18 Agustus). Nasib Pengakuan Hak Nagari dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam, http://www.hukumonline.com/berita/nasib-pengakuan-hak-nagari-dalam-pengelolaan-sumber-daya-alam/ diakses pada 27 Oktober 2017.
Lanz, K., Gerber, J., & Haller, T. (2018). Land Grabbing, the State and Chiefs: The Politics of Extending Commercial Agriculture in Ghana. Development and Change, 49(6), 1526-1552.
Lombard, M., & Rakodi, C. (2016). Urban land conflict in the Global South: Towards an analytical framework. Urban studies, 53(13), 2683-2699.
Madjid, D.A. (1979). Mustika Adat Alam Minangkabau, Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah.
Manan, I. (1995). Birokrasi Modern dan Otoritas Tradisional di Minangkabau (Nagari dan Desa di Minangkabau), Padang: Yayasan Pengkajian Kebudayaan Minangkabau.
Melati, M. (2016), Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Biak Numfor Terhadap Perlindungan Hak Ulayat Laut, Tesis: Universitas Gadjah Mada.
Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. (2001). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muur, W. V. (2018). Forest conflicts and the informal nature of realizing indigenous land rights in Indonesia. Citizenship studies, 22(2), 160-174.
Michigan State University. (2006), A Guide to Interiew Guide, https://msu.edu/user/mkennedy/digitaladvisor/Research/interviewing.htm. diakses pada 11 November 2017.
Mongabay. (2016, 27 September). Sengketa Lahan di Batas Kelimutu: Antara Hak Adat dan Kawasan Konservasi, http://www.mongabay.co.id/sengketa-lahan-di-batas-kelimutu-antara-hak-adat-dan-kawasan-konservasi/ diakses pada 6 Oktober 2017.
Nasir, N. (2013), Kontinuitas Penguasaan Tanah Ulayat Masyarakat Adat Oleh Negara (Studi Kasus Penguasaan Tanah Ulayat Masyarakat Adat Kampung Naga Dari Masa Kolonial Belanda Hingga Era Reformasi, Tesis: Universitas Gadjah Mada.
Nasroen, M. (1971). Dasar Falsafah Adat Minangkabau, Jakarta: Bulan Bintang.
Ribot, J. C dan Peluso, N. L. (2003), A Theory of Acces, The Rural Sociological Society Rural Sociology, 2(68). Pp. 153-181.
Salam, S. (2016), Kepastian Hukum Penerbitan Sertifikat Hak Komunal Sebagai Pelaksanaan Reforma Agraria, Jurnal Cita Hukum, 4(2). pp. 1-20.
Sari, N. (2010). Eksistensi Tanah Ulayat Masyarakat Minangkabau di Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar, Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Siregar, B. B. dkk. (2002), Kembali ke Akar: Kembali ke Konsep Otonomi Masyarakat Asli, Jakarta: Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Thontowi, J, dkk (2012), Aktualisasi Masyarakat Hukum Adat (MHA): Perspektif Hukum dan Keadilan Terakait Status MHA dan Hak-Hak Konstitusionalnya, Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengkajian Perkara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.
Tuo, N. D. P. N. (1999), Tanah Ulayat Menurut Ajaran Adat Minangkabau, Padang: Yayasan Sakato Batuah LKAAM Sumatera Barat.
Yin K. R. (2011). Studi Kasus; Desain dan Metode, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Zakaria, R Y. (1999), Kembalikan Kedaulatan Ulayat Masyarakat Adat, makalah
dipresentasikan pada “Kongres Masyarakat Adat Nusantara”, Jakarta, 15-22 Maret 1999.
Zakaria, R Y. (2000). Abih Tandeh: Masyarakat Adat di Bawah Rejim Orde Baru. Jakarta: ELSAM.