Bambu sebagai biomassa dapat dijadikan sebagai bahan bakar padat dengan metode torefaksi dan dengan proses pemadatan (densification). Bambu dipotong-potong kemudian dilakukan proses torefaksi di dalam furnace. Bambu hasil proses torefaksi kemudian digiling atau ditumbuk hingga halus. Serbuk bambu itu kemudian diambil dan dipres sampai menghasilkan briket. Briket kemudian ditentukan nilai bakarnya (calorific value), dilakukan analisis proksimat, analisis ultimate serta laju keterbakaran. Proses torefaksi berhasil dilakukan pada suhu 200-300°C dan diperoleh produk arang yang, memiliki sifat getas, hidrofobik dan kandungan air yang menurun. Densitas briket bambu berpengaruh terhadap nilai bakarnya. Briket bambu dengan densitas lebih besar memiliki nilai bakar lebih tinggi. Laju keterbakaran briket dari bambu hasil torefaksi dipengaruhi oleh densitas. Briket dengan densitas lebih tinggi laju keterbakarannya lebih kecil. Proses torefaksi dan densifikasi dapat meningkatkan persentase kandungan karbon dan nilai bakar bambu sekitar 19-20% pada suhu 200-300°C.