Makna Simbolik Negara Ngalengka dalam Seni Wayang: Kajian Filsafat Manusia

https://doi.org/10.22146/jf.69700

Budisutrisna Budisutrisna(1*), Jirzanah Jirzanah(2)

(1) Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada
(2) Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author

Abstract


Sejarah telah mencatat bahwa wayang telah memiliki usia yang cukup tua. Walau pun demikian seiring dengan berjalannya waktu wayang masih dapat mempertahankan eksistensinya. Wayang masih dapat diterima di tengah-tengah masyarakat. Hal ini disebabkan wayang memiliki sifat yang terbuka terhadap perkembangan zaman. Wayang memiliki sifat yang elastis dengan selalu tetap berpegang teguh kepada pakem seni wayang. Pada zaman sekarang ini pun wayang masih banyak penggemarnya. Salah satu penyebabnya karena kandungan makna simbolik yang banyak di dalamnya. Negara Ngalengka sebagai bagian dari seni wayang juga mengandung makna simbolik. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Metode analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode hermeneutik filosofis dengan unsur-unsurnya yakni: deskripsi, kesinambungan historis, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Negara Ngalengka mengandung makna simbolik yang berkaitan dengan kehidupan manusia dalam mencapai hidup utama. Dalam mencapai hidup utama manusia selalu mendapatkan rintangan sifat-sifat jiwa manusia yang buruk yang di lambangkan dengan tokoh-tokoh Negara Ngalengka. Sifat-sifat yang buruk itu harus selalu ditindas terus-menerus guna mencapai keutamaan hidup. 


Keywords


Negara Ngalengka, simbol, kehidupan manusia

Full Text:

PDF


References

Achmad, S.W. (2014). Ensiklopedia Karakter Tokoh-Tokoh Wayang. Yogyakarta: Araska.

Alisjahbana, S.T. (1985). "Pembahasan oleh Sutan Takdir Alisjahbana", dalam Alfian (ed.). Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta: PT. Gramedia, 141-153.

Bakker, A. & A. Charris Zubair. (1990). Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM.

Bakker, J.W.M. (1992). Filsafat Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Budi-Legowo. (2000). "Kata Pengantar" dalam Marwanto dan Budhy Moehanto. (2000). Apresiasi Wayang. Surakarta: CV. Cendrawasih.

Budisutrisna. (2012). Makna Simbolik Pandawa Lima Kajian Filsafat Manusia, Laporan Penelitian dibiayai dengan Bana Masyarakat. Yogyakarta: Fak. Filsafat UGM.

Carrel, A. (1987). Man, The Unknow, Terjemahan Kania Roesli dkk. Bandung: PT. Remadja Karya.

Hardjowirogo. (1982). Sejarah Wayang Purwa. Jakarta: PN. Balai Pustaka.

Hartoko, D. (1986). Kamus Populer Filsafat. Jakarta: CV. Rajawali.

Herusatoto, B. (1984). Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hanindita.

Kaelan. (2009). "Penelitian Filsafat Nusantara" dalam Kaelan, Pelatihan Metodologi Penelitian Kualitatif dan Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Program WCRU Fakultas Filsafat UGM, 1-8.

Kartini. (2007). "Estetika Simbolik Ikebana" dalam Jurnal Filsafat Wisdom. Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM. Vol. 17, Nomor 1, April 2007, 85-99.

Kattsoff, L. (1986). Element of Philosophy, Alih Bahasa Soejono Someargono. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Koentjaraningrat. (1985). "Persepsi tentang Kebudayaan Nasional", dalam Alfian (ed.), Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta: PT. Gramedia.

Marwanto, Moehanto., B. (2000). Apresiasi Wayang. Sukoharjo: CV. Cendrawasih.

Poedjosoebroto. (1978). Wayang Lambang Ajaran Islam. Jakarta: Pradnya Paramita.

Rakhmat, J. (1987). "Kata Pengantar" dalam Alexis Carrel, Misteri Manusia. Bandung: CV. Remadja Karya, hal. V-XX.

Ricoeur, P. (1976). The Symbolism of Evil, trans. Emerson Buchanan. Boston: Bncon Press.

Solichin. (2011). Menyusun Filsafat Wayang, Peresmian Bidang Studi Filsafat Wayang. Yogyakarta: Fak. Filsafat UGM.

Sudaryanto. (2003). "Refleksi Metafisik atas Teks Serat Kaca Wirangi" dalam Jurnal Filsafat. Yogyakarta : Yayasan Pembina Fak. Filsafat UGM. Desember 2003, Jilid 35, Nomor 3, 233-243.

Sudiarja, A. (1982). "Susanne K. Langer: Pendekatan Baru dalam Estetika", dalam M. Sastra Pratedja (ed.). Manusia Multi Dimensional Sebuah Renungan Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia, 69-81.

Sudjono, I. (2000). Madu Sari Kawruh Wayng Purwa. Sukoharjo-Surakarta: CV. Cendrawasih.

Suryadi, W.S. (1995). "Prestasi Kaum Muslimin" dalam Jabrohim dan Saudi Berlian. (1995). Islam dan Kesenian, Majelis Kebudayaan Muhammadiyah UAD. Yogyakarta: Lembaga Litbang PP Muhammadiyah, 145-176.

Sutrisno, S. (1983). Sedikit tentang Strategi Kebudayaan Nasional Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

Yasasusastra, J.S. (2011). Mengenal Tokoh Pewayangan, Geografi, Bentuk, dan Perwatakan. Yogyakarta: Pustaka Mahardika.

Zarkasi, E. (1975). "Kata Sambutan" dalam Poedjosoebroto. (1978). Wayang Lambang Ajaran Islam. Jakarta: Pradnya Paramita, 3.



DOI: https://doi.org/10.22146/jf.69700

Article Metrics

Abstract views : 4338 | views : 5298

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2022 Jurnal Filsafat

Jurnal Filsafat Indexed by:

Google ScholarSinta (Science and Technology Index)


Jurnal Filsafat ISSN 0853-1870 (print), ISSN 2528-6811 (online)