EVALUASI RESPON PENGOBATAN MALARIA DI RSUD SUMBAWA PERIODE JANUARI-APRIL 2011
Tri Widiastuti(1*), Mustofa Mustofa(2), A.M. Wara Kusharwanti(3)
(1) 
(2) 
(3) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Depkes RI telah menerbitkan Standard Pengobatan Malaria yang dapat digunakan sebagai acuan pengobatan malaria di Puskesmas ataupun RS di Indonesia. Perlu dilakukan pengamatan di RSUD Sumbawa apakah pengobatan yang telah diberikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan serta hasil pengobatan malaria umumnya belum dilakukan evaluasi secara berkala.
Penelitian observasional yang dilakukan dengan rancangan studi deskriptif evaluatif melalui penelusuran data secara prospektif terhadap rekam medik serta mengikuti perkembangan pasien malaria sampai hari ke-28.
Respon pengobatan dari 60 pasien telah sesuai dengan standar Depkes RI. Sebanyak 50 pasien malaria vivax diterapi (klorokuin + primakuin) menghasilkan respon klinis ACPR 47 pasien (94%), ETF 1 pasien (3,33%) dan LPF 2 pasien (4%). Ada 1 pasien malaria vivax diterapi dengan kinin + primakuin menghasilkan respon ACPR. Penderita yang mengalami malaria falciparum sebanyak 7 pasien. Ada 5 pasien malaria falciparum diterapi dengan (sulfadoksin-pirimetamin) + primakuin menghasilkan respon klinik ACPR 4 pasien (80%), LPF 1 pasien (20%). Ada 2 pasien malaria falciparum yang diterapi kina + primakuin menghasilkan respon ACPR. Terdapat 2 pasien malaria mix diterapi dengan ACT (artesunat + amodiakuin) + primakuin menghasilkan respon klinik ACPR. Penggunaan antimalaria di RSUD Sumbawa periode Januari-Maret 2011 sesuai standar dari Depkes. Evaluasi respon pengobatan klorokuin, kina, sulfadoksin-pirimetamin, arsuamoon (artesunat-amodiakuin) kombinasi primakuin menghasilkan ACPR : 93,33%, LPF : 5%, dan ETF : 1,67%.
Penelitian observasional yang dilakukan dengan rancangan studi deskriptif evaluatif melalui penelusuran data secara prospektif terhadap rekam medik serta mengikuti perkembangan pasien malaria sampai hari ke-28.
Respon pengobatan dari 60 pasien telah sesuai dengan standar Depkes RI. Sebanyak 50 pasien malaria vivax diterapi (klorokuin + primakuin) menghasilkan respon klinis ACPR 47 pasien (94%), ETF 1 pasien (3,33%) dan LPF 2 pasien (4%). Ada 1 pasien malaria vivax diterapi dengan kinin + primakuin menghasilkan respon ACPR. Penderita yang mengalami malaria falciparum sebanyak 7 pasien. Ada 5 pasien malaria falciparum diterapi dengan (sulfadoksin-pirimetamin) + primakuin menghasilkan respon klinik ACPR 4 pasien (80%), LPF 1 pasien (20%). Ada 2 pasien malaria falciparum yang diterapi kina + primakuin menghasilkan respon ACPR. Terdapat 2 pasien malaria mix diterapi dengan ACT (artesunat + amodiakuin) + primakuin menghasilkan respon klinik ACPR. Penggunaan antimalaria di RSUD Sumbawa periode Januari-Maret 2011 sesuai standar dari Depkes. Evaluasi respon pengobatan klorokuin, kina, sulfadoksin-pirimetamin, arsuamoon (artesunat-amodiakuin) kombinasi primakuin menghasilkan ACPR : 93,33%, LPF : 5%, dan ETF : 1,67%.
Keywords
Malaria; RSUD Sumbawa
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/farmaseutik.v7i3.24057
Article Metrics
Abstract views : 1271 | views : 734Refbacks
- There are currently no refbacks.