RESEPSI SASTRA: TEORI DAN PENERAPANNYA
Imran T. Abdullah(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Sebenarnya istilah resepsi sastra atau disebut juga estetika resepsi sudah tidak asing lagi bagi telinga pengamat sastra Indonesia. Apalagi sejak tahun 80-an relah terbit dua buah buku penting yang membicarakan masalah ini terutama dari Prof. A. Teeuw (1984) dan Prof. Umar Junus (1985). Adanya tanggapan pembaca terhadap karya sastra sesungguhnya juga sudah berlangsung lama dalam kehidupan sastra baik lisan maupun tertulis. Pengamat sastra pun menyadari akan fungsi komunikasi sastra. Mukarovsky, misalnya,. sejak tahun 80-an telah membicarakan hal ini dalam sistem semiotiknya. Dikatakannya, karya sastra sebagai sistem tanda dibedakan dalam dua aspek, ialah penanda (signifiant) dan petanda (signifie ). Penanda merupakan artefak, struktur mati, petandalah yang menghubungkan artefak itu ke dalam kesadaran penyambut menjadi objek estetik (Fokkema, 1977:81). Dengan kata lain, karya sastra tidak dapat dipahami dan diteliti lepas dan konteks sosial.
Keywords
estetika resepsi, pengamat sastra, resepsi sastra, sastra Indonesia, semiotik
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/jh.2094
Article Metrics
Abstract views : 51951 | views : 35715Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2013 Imran T. Abdullah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.