Paradigma Redistribution With Growth Menuju Good Governance
M. Nur Budiyanto(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Pembangunan di negara-negara berkembang tidak saja menjadi sebuah paradigma (pandangan keilmuan), melainkan menjadi ideologi (pandangan politik), bahkan mitos. Ketika negara-negara terjajah di kawasan Asia dan Afrika memperoleh kemerdekaannya, baik “diberi” maupun “direbut”, terperangah melihat dirinya. Negara-negara baru ini bukan saja terperangah dalam hal kesejahteraan, tetapi juga dalam hal peradaban. Ketertinggalan tersebut tidak dihitung oleh tahun, namun abad. Pada tahun 1945, negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Utara sudah berkembang dari masyarakat merkantilisme ke masyarakat industri tahap pertama. Pada saat yang sama masyarakat negara baru berada dalam tahap primitif, agraris, dan sebagian kecil di peradaban merkantilisme serta lebih sedikit lagi di peradaban industri. Merkantilisme artinya sistem ekonomi untuk menyatukan dan meningkatkan kekayaan keuangan suatu bangsa dengan pengaturan seluruh ekonomi nasional oleh pemerintah dengan kebijakan yang bertujuan mengumpulkan cadangan emas, memperoleh neraca perdagangan yang baik, mengembangkan pertanian dan industri, dan memegang monopoli atas perdagangan luar negeri (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990; 578)).
Penulis akan memulai dari konsep pembangunan zaman Orde Baru. Orde Baru melakukan pembangunan bagi rakyat Indonesia, khususnya antara tahun 1970 hingga pertengahan 1980-an. Keunggulan manajemen Presiden Soeharto dikombinasikan dengan para teknokrat yang cakap keluaran perguruan tinggi luar negeri, sebagian besar dari Berkeley sehingga tidak jarang dicap “mafia Berkeley”. Sudah demikian, iklim dunia mulai bergeser dari kecenderungan politik ke cenderungan ekonomi, antara lain, ditandai dengan terbentuknya geo-geo ekonomi baru di seluruh dunia.
Penulis akan memulai dari konsep pembangunan zaman Orde Baru. Orde Baru melakukan pembangunan bagi rakyat Indonesia, khususnya antara tahun 1970 hingga pertengahan 1980-an. Keunggulan manajemen Presiden Soeharto dikombinasikan dengan para teknokrat yang cakap keluaran perguruan tinggi luar negeri, sebagian besar dari Berkeley sehingga tidak jarang dicap “mafia Berkeley”. Sudah demikian, iklim dunia mulai bergeser dari kecenderungan politik ke cenderungan ekonomi, antara lain, ditandai dengan terbentuknya geo-geo ekonomi baru di seluruh dunia.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/jh.752
Article Metrics
Abstract views : 972 | views : 946Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2012 M. Nur Budiyanto
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.