Karya Religius Danarto: Kajian Kritik Sastra Feminis
S. E. Peni Adji(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Membaca tulisan Danarto, yang berjudul "Refleksi Perempuan" dalam Republika (1993), menyebabkan penulis berpikir ulang tentang makna karya-karya Danarto yang selama ini hanya dinilai mengungkapkan permasalahan religiusitas. Dalam tulisan itu, terlihat bahwa Danarto memiliki perhatian dan juga keprihatinan yang sangat besar terhadap kaum perempuan. Menurutnya, masalah perempuan itu bervariasi dan dipengaruhi oleh kelas mereka. Perempuan kelas atas lebih mempunyai wewenang untuk menentukan dan mengatur diri sendiri. Sementara, perempuan kelas menengah dan bawah lebih banyak tertekan dalam kehidupan mereka. Perhatian dan keprihatinan Danarto ini merupakan bagian dari pandangan dunianya sebagai pengarang yang tentu saja sangat mewarnai karya-karya yang diciptakannya, juga pada cerpen-cerpennya yang dicipta setelah tahun 1980-an.
Kritik-kritik yang menilai bahwa karya Danarto mengungkapkan perenungan religiusitas yang meliputi pantheisme dan mistik telah dilakukan oleh Teeuw (1989), Tjitrosubono dkk. (1985:8), Sriwidodo (dalam Eneste, 1983:146-161), Pujiharto (1996), dan Zamzanah (1998). Selain itu, karya Danarto oleh Toda (1984: 41-47) dinilai menggunakan bentuk kreativitas baru yang bersifat nonkonvensional. Sementara oleh Prihatmi (1989) karya Danarto dinilai banyak mengungkapkan fantasi.
Dari penilaian-penilaian tersebut, terlihat bahwa kritik yang mengungkapkan perempuan dalam karya-karya Danarto belum pernah dilakukan. Padahal, cerpen-cerpen Danarto yang dicipta setelah tahun 1980-an banyak mengungkapkan permasalahan tersebut, khususnya sikap dan posisi perempuan dalam masyarakat (patriarki). Selain itu, penggambaran perempuan tersebut juga mencerminkan adanya sikap implied author dalam menanggapai masalah patriarkhi dan masalah isu gender.
Kritik-kritik yang menilai bahwa karya Danarto mengungkapkan perenungan religiusitas yang meliputi pantheisme dan mistik telah dilakukan oleh Teeuw (1989), Tjitrosubono dkk. (1985:8), Sriwidodo (dalam Eneste, 1983:146-161), Pujiharto (1996), dan Zamzanah (1998). Selain itu, karya Danarto oleh Toda (1984: 41-47) dinilai menggunakan bentuk kreativitas baru yang bersifat nonkonvensional. Sementara oleh Prihatmi (1989) karya Danarto dinilai banyak mengungkapkan fantasi.
Dari penilaian-penilaian tersebut, terlihat bahwa kritik yang mengungkapkan perempuan dalam karya-karya Danarto belum pernah dilakukan. Padahal, cerpen-cerpen Danarto yang dicipta setelah tahun 1980-an banyak mengungkapkan permasalahan tersebut, khususnya sikap dan posisi perempuan dalam masyarakat (patriarki). Selain itu, penggambaran perempuan tersebut juga mencerminkan adanya sikap implied author dalam menanggapai masalah patriarkhi dan masalah isu gender.
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/jh.771
Article Metrics
Abstract views : 10546 | views : 7600Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2012 S. E. Peni Adji
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.