Sinemasastra: Mencari Bahasa di dalam Teks Visual

https://doi.org/10.22146/jh.784

Muslikh Madiyant(1*)

(1) 
(*) Corresponding Author

Abstract


Kajian sastra di Indonesia selama tiga dasawarsa belakangan sudah mencakup pengembangan teori, kritik, dan sejarah. Pada perkembangan ini, kajian sastra di negeri kita belum menaruh perhatian secara memadai pada bidang penelitian yang bersifat lebih khusus dan sistematis, yakni sastra bandingan (komparatisme). Kenyataan ini dapat dimengerti jika disadari bahwa untuk memasuki bidang komparatisme dituntut sejumlah perangkat dasar yang cukup memadai pula. Dia harus seorang sejarawan sastra transnasional; dia harus memiliki informasi sastra asing secara memadai; memiliki pengetahuan secara luas ekspresi-ekspresi seni di luar sastra, memiliki kemampuan membaca teks atau ekspresi tidak dalam bahasa ibunya (Madiyant, 1996:16-18).

Kaitan pernyataan di atas dengan perubahan namun Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya memiliki relevansi signifikan, dalam arti di lingkungan wacana pengetahuan baru ini amat mungkin dikembangkan bidang-bidang kajian yang baru yang selama ini terabaikan. Data dan fakta dapat berbicara dalam hal ini. Selama tiga tahun (enam semester) peneliti menyampaikan kuliah ‘sinemasastra’ pada tiga angkatan mahasiswa Sastra Roman, sambutan yang diperoleh cukup signifikan. Dari tiga angkatan ini telah dihasilkan dua skripsi bertopik sinemasastra. Sambutan tersebut dapat dijadikan indikator terterimanya bidang kajian baru di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya.

Full Text:

PDF



DOI: https://doi.org/10.22146/jh.784

Article Metrics

Abstract views : 2183 | views : 2072

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2012 Muslikh Madiyant

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.