Pendampingan Pendokumentasian Bahasa: Kata-Kata Bijak Bahasa Wolio dan Istilah Maritim Bahasa Kaera

  • Suhandano Suhandano Departemen Bahasa dan Sastra, Universitas Gadjah Mada
  • I Dewa Putu Wijana Departemen Bahasa dan Sastra, Universitas Gadjah Mada
  • Sailal Arimi Departemen Bahasa dan Sastra, Universitas Gadjah Mada
Keywords: Kaera, indigenous, language, Wolio, bahasa, bahasa daerah

Abstract

Indonesia is known as the country with the most living language assets in the world after Papua New Guinea. However, one-third of the 718 indigenous languages in Indonesia are vulnerable and even threatened with extinction. Most of these languages are spoken in the central and eastern parts of Indonesia. Regarding efforts to protect, preserve and develop these vulnerable languages, the team of Program Studi Magister Linguistik, FIB, UGM took the initiative to provide language documentation assistance to the researchers and people in the Language Office (KB) of Nusa Tenggara Timur and the Language Office (KB) of Sulawesi Tenggara.

Such facilitating and mentoring methods that were conducted include: firstly, observing and mapping the language aspects from the existing languages in NTT and Sultra to be decisively documented, secondly, model of providing assistance for documentation efforts, and thirdly, the writing form of documentation. After completing the facilitating and mentoring processes, it was expected that the researchers and documentation increased their passions and motivation in documenting the language aspects, their theoretical and methodological capacity in language documenting activities, and the number of documented languages. Besides, there was an increase of cooperation between Kantor Bahasa NTT and Sultra with Program Studi Magister Linguistik UGM.

The results of this community service at the Language Office in NTT and Sultra show some completed activities i.e., (1) the identification of the legal basis for documenting the languages and mapping the potential language in NTT and Sultra to be documented, (2) the decision to document the linguistic aspects of maritime terms of the Kaera language in NTT, and words of wisdom or traditional expressions in Wolio language in Sultra, (3) the increase in the capacity of mentoring functions such as facilitating, presenting, feedback responding, delegating, participating, and inferencing, and (4) in addition to improving the ethics of mentoring, the teams worked together in terms of equality, cooperation and working together, and sustainability.

====

Indonesia dikenal sebagai negara dengan aset kekayaan bahasa terbanyak di dunia setelah Papua Nugini. Namun demikian, sepertiga dari 718 bahasa daerah di Indonesia itu mengalami kerentanan bahkan ancaman kepunahan. Kebanyakan bahasa itu berada di wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Sebagai upaya pelindungan, pelestarian, dan pengembangan bahasa yang rentan ini, Tim Pengabdian Prodi Magister Linguistik berinisiatif melakukan pendampingan pendokumentasian bahasa terhadap tim KB di Nusa Tenggara Timur dan KB Sulawesi Tenggara.

Metode pendampingan yang dilakukan adalah, pertama, menyangkut penjajakan atau pemetaan aspek kebahasaan yang perlu didokumentasikan oleh tim KB NTT dan KB Sultra; kedua, model pendampingan terhadap upaya pendokumentasian; dan ketiga, wujud penulisan hasil pendokumentasian. Setelah mengikuti proses pendampingan, diharapkan muncul peningkatan gairah dan motivasi pendokumentasian bahasa bagi para peneliti di dua KB tersebut, di samping peningkatan pengetahuan teoretis dan metodologis di bidang linguistik, peningkatan jumlah aspek bahasa yang didokumentasi, serta peningkatan kerja sama antarlembaga bahasa tersebut bersama Program Studi Magister Linguistik UGM.

Hasil dari pengabdian pada Kantor Bahasa di NTT dan Sultra ini menyangkut beberapa pokok kegiatan, yaitu teridentifikasinya landasan hukum dan potensi bahasa di NTT dan Sultra terkait dokumentasi bahasa, diputuskannya aspek kebahasaan yang didokumentasi adalah istilah maritim bahasa Kaera di NTT dan kata-kata bijak atau ungkapan bahasa Wolio di Sulawesi Tenggara, dan terjadinya peningkatan kapasitas fungsi pendampingan seperti pemfasilitasian (facilitating), pemaparan (presenting), pemberian umpan balik (feedback responding), pewakilan tim (delegating), pengerjasamaan (participating), dan pengambilan kesimpulan (inferencing), di samping peningkatan etika pendampingan, yaitu kesetaraan, kerja sama, dan sama-sama bekerja, serta keberlanjutan.

References

Arimi, Sailal. 2016. “Peribahasa Indonesia: Kajian Kategorisasi, Struktur dan Vitalitasnya”. Disertasi Doktoral. Yogyakarta: Program Studi Ilmu-Ilmu Humaniora S3. Fakultas Ilmu BUdaya, Universitas Gadjah Mada. (Tidak Terbit).

Arka, I Wayan. 2013. Language Management and Minority Language Maintenance. Dalam Language Documentation & Conservation vol. 7

Austin, Peter K. 2006. “Data and Language Documentation”. Dalam Jost Gippert, Nikolaus P. Himmelmann, dan Ulrike Mosel, eds, Essentials of Language Documentation. Berlin: Walter de Gruyter.

Brenzinger, Matthias. 2007. Language diversity endangered. Berlin: Walter de Gruyter.

Comrie, Bernard dan Lucía Golluscio (Eds.) 2015. Language Contact and Documentation. Berlin/Munich/Boston: Walter de Gruyter.

Grenoble, Lenore A., dan N.Lounna Furbee. 2010. Language Documentation: Practices and Values.Amsterdam/Philadelphia: John Benjamins Publishing Company

Lewis, M. Paul, Gary F. Simons, dan Charles D. Fennig (eds.). 2015. Ethnologue: Language of the World, Eighteenth edition. Dallas, Texas: SIL International. Diakses dari versi daring: http://www.ethnologue.com pada 27 Oktober 2021.

Himmelmann, Nikolaus P. 2006. “Language Documentation: What is it and what is it good for?”. Dalam Jost Gippert, Nikolaus P. Himmelmann, dan Ulrike Mosel, eds, Essentials of Language Documentation. Berlin: Walter de Gruyter.

Hinton, Leanne. 2011. “Revitalization of Endangered Language”. Dalam Peter K. Austin dan Julia Sallabank, eds, The Cambridge Handbook of Endangered Languages. Cambridge: Cambridge University Press

http://www.ethnologue.com/endangered-languages. Diakses pada 28 Oktober 2021.

Moseley, Christopher (ed.). 2010. Atlas of the World’s Languages in Danger, 3rd edn. Paris, UNESCO Publishing.

Woodbury, Tony. 2008. Defining Documentary Linguistics. Diakses dari http://hrelp.org/events/workshops/eldp2008_6/resources/woodbury.pdf pada 28 Oktober 2021.
Published
2022-04-28
How to Cite
Suhandano, S., Wijana, I. D. P., & Arimi, S. (2022). Pendampingan Pendokumentasian Bahasa: Kata-Kata Bijak Bahasa Wolio dan Istilah Maritim Bahasa Kaera. Bakti Budaya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(1), 74—85. https://doi.org/10.22146/bakti.4077
Section
Articles