Cerpen Saran "Groot Majoor" Prakoso Karya Y.B. Mangunwijaya: antara Hegemoni dan Resistensi
Sudibyo Sudibyo(1*)
(1) 
(*) Corresponding Author
Abstract
Kegelisahan Y.B. Mangunwijaya mempertanyakan hal-hal yang dianggap mapan atau kanonik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pilihan sikapnya sebagai seorang sastrawan. Hal ini terlihat dalam sejumlah novel yang ditulisnya, seperti Burung-Burung Manyar (BBM), Rara Mendut (RM), Genduk Duku (GD), Lusi L.indri (LL), dan Durpa Umayi (DU). Melalui BBM, Mangunwijaya menggugat stigmatisasi hitam-putih dan kuasanya terhadap nasib manusia. Di samping itu, ia juga mencoba menilai kembali cara-cara para penguasa Orde Baru yang membengkokkan penuturan sejarah revolusi Indonesia ke arah suatu tafsir bercorak fasistis dan berjiwa Machiavellian. BBM mempertanyakan apakah Indonesia masih menapak di jalan yang benar serta setia kepada arah haluan revolusi yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 dan keabsahan yang lazim ditarik antara kelompok Pandawa dengan Kurawa dengan perlambangan Bharatayuddha sehingga seolah-olah semua pelaku Indonesia adalah Pandawa dan semua Belanda beserta seluruh kaki tangan mereka adalah Kurawa (Mangunwijaya, 1997:57).
Keywords
cerpen, hegemoni, resistensi, Saran "Groot Majoor" Prakoso, Y.B. Mangunwijaya
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.22146/jh.2051
Article Metrics
Abstract views : 1280 | views : 1404Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2013 Sudibyo Sudibyo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.