Komplikasi persalinan: health literacy pada komunitas adat terpencil Suku Anak Dalam di Jambi

  • Windra Yanti Universitas Gajah Mada

Abstract

[Sebut Komunitas atau organisasi yang Mempengaruhi Kondisi Sosial itu]

Komunitas adat terpencil merupakan masyarakat atau komunitas yang memiliki adat dan budaya yang berbeda. Komunitas ini setidaknya membentuk 6% dari populasi global, dan 15% mereka mencangkup kondisi yang sangat miskin(1). Masyarakat primitif yang masih menutup diri dari lingkungan luar sehingga sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan. Kelompok ini juga masih mempercayakan persalinannya kepada “dukun beranak” yang mempunyai mantera-mantera dan ilmu tinggi menurut budaya dan adat mereka. Kolompok ini berada di Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi(2,3,4).

[Ceritakan “Kesengajaan” yang Membiarkan Kondisi Sosial Seperti Itu Terus Terjadi]

Kelompok primitif ini masih belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan belum adanya program-program yang memprioritaskan mereka agar mereka keluar dari zona keprimitifannya. Kebanyakan NGO hanya menjadikan komunitas ini sebagai objek penelitiannya karena memiliki daya tarik dan daya jual tersendiri. Pemerintah dihadapkan pada 2 pilihan yang berat yaitu memilih untuk tetap mempertahankan kearifan lokal, budaya, dan adat mereka agar tidak punah dan menjadi ciri khas bagi wilayahnya. Atau memodernisasikan kominitas ini agar berada pada taraf kehidupan yang lebih baik, namun melunturkan ciri khas mereka(4,5,).

 

[Ceritakan Ketidak-Berdayaan Korban dari Kondisi Sosial itu]

Saya memusatkan pada ibu-ibu hamil dan wanita yang ada pada SAD ini karena dalam kasus ini mereka berada dalam posisi yang tidak beruntung, pertama mereka hidup dengan primitif dimana mereka terikat oleh adat dan budaya mereka. Khususnya perlakuan terhadap ibu hamil yang masih belum aman serta layak dari kesehatan dan sangat berisiko tinggi terjadinya kematian terhadap ibu dan bayi. Kedua pelayanan kesehatan yang sulit diakses dan tidak mengakses mereka. Orang yang sudah dalam keadaan primitif dengan budaya dan adat yang mereka miliki tersebut menyumbangkan risiko terhadap ibu hamil ditambah lagi dengan pelayanan kesehatan yang tidak mereka peroleh, perhatian dari pemerintah juga yang belum optimal untuk SAD ini. Situasi ini menggambarkan “sudah jatuh ketimpa tangga”. Ibu hamil pada suku ini akan ditempatkan pada suatu tempat yang disebut “tanah peranokan” yang letaknya berada didalam hutan. Hal inilah yang menjadi risiko tinggi terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan yang menyebabkan tingginya kematian ibu dan anak pada suku(5,6).

 

[Sebutkan Aksi yang bisa Mengurangi atau Melawan Kondisi Sosial itu]

Agar komunitas ini dapat berdaya khususnya para ibu hamil, maka dapat dilakukan beberapa upaya seperti: puskesmas dapat mengembangkan upaya pelayanan kesehatan yang mampu diakses oleh SAD dan mengakses SAD. Upaya ini bisa dalam bentuk pengoptimalisasikan kembali program KAT care mobile yang bekerjasama dengan LSM WARSI untuk memberikan pelayanan kesehatan komprehensif sekaligus ambulans untuk transportasi rujukan ke puskesmas. Pemerintah dapat menyediakan posko atau rumah singgah sebagai rumah peranokan agar para ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan kehamilan, proses persalinan dan pasca persalinan.

Published
2021-04-14
How to Cite
Yanti, W. (2021). Komplikasi persalinan: health literacy pada komunitas adat terpencil Suku Anak Dalam di Jambi. BKM Public Health and Community Medicine. Retrieved from https://journal.ugm.ac.id/v3/BKM/article/view/1624
Section
Maternal and child health