Puskesmas head's role in mobilizing across sectors in handling stunting problems during the pandemic in Puskesmas Mlati II working area
Abstract
Objective: This study examined the puskesmas (public health center) head's role in mobilizing across sectors in handling the stunting problem, especially in the community working area of the Puskesmas Mlati II.
Contents: The head of the puskesmas is a manager and a leader in coordinating every activity carried out at the puskesmas, including handling stunting problems. As much as 70% of the factors for stunting are outside the health sector. Some institutions have budgets that are top-down but not communicated to other cross-sectors. In addition, at the sub-district level, someone has to take on the role of a stunting program manager who can map the problem and then divide tasks into implementation. It requires the expertise of a head of the puskesmas to explain to parties outside of health to be willing and able to play a role in handling stunting in the community. The advocacy ability of a puskesmas head determines the success of the program carried out. Personal closeness is usually more successful in transferring knowledge and fostering a willingness to be involved in problem-solving. Advocacy of social networking integration & mobilization, interpersonal communication, negotiation, and media use to generate public pressure. Therefore, there is a need for a new way of using advocacy communication strategies to deal with the stunting problem, especially during the pandemic. Evaluating and monitoring activities reported at cross-sectoral meetings every three months led by the sub-district head accompanied by the head of the puskesmas to the synergy of stunting prevention activities and programs can be directed with more explicit goals. In addition, advocacy can also be carried out together with local village heads by creating awareness and concern for stunting, such as forming an alliance or the First 1000 Days of Life (HPK) movement for its citizens and others.
Tujuan: Penelitian ini mengkaji peran kepala puskesmas dalam menggerakkan lintas sektor untuk menangani masalah stunting, khususnya pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Mlati II.
Isi: Kepala puskesmas merupakan manajer sekaligus leader yang berperan dalam mengkoordinir setiap kegiatan yang dilakukan di Puskesmas, termasuk dalam menangani masalah stunting. Sebesar 70% faktor terjadinya stunting justru adalah di luar sektor kesehatan. Beberapa institusi telah memiliki anggaran yang sifatnya top down, namun tidak dikomunikasikan dengan lintas sektor yang lain. Selain itu, di tingkat kecamatan juga harus ada yang mau mengambil peran sebagai manajer program stunting, karena program tersebut dalam pelaksanaan di lapangan masih terfragmentasi. Oleh karenanya perlu seorang manajer program yang memahami peta masalah dan kemudian membagi tugas agar tidak tumpang tindih dalam pelaksanaan di lapangan, sehingga sasaran bisa mendapatkan manfaat yang optimal. Hal ini tentunya membutuhkan keahlian dari seorang kepala puskesmas untuk dapat menjelaskan kepada pihak di luar kesehatan untuk mau dan mampu berperan dalam penanganan stunting di masyarakat. Kemampuan advokasi seorang kepala puskesmas menentukan keberhasilan program yang dilakukan. Kedekatan secara personal biasanya lebih banyak berhasil dalam transfer pengetahuan yang pada akhirnya mampu menumbuhkan kemauan untuk terlibat dalam penyelesaian masalah. Advokasi penggabungan jejaring sosial & mobilisasi, komunikasi interpersonal, negosiasi, serta penggunaan media untuk menghasilkan tekanan publik. Oleh karena itu perlu adanya cara baru dalam menggunakan strategi komunikasi advokasi untuk menangani masalah stunting, terlebih di masa pandemi. Ini bisa dilakukan dimulai dari proses evaluasi dan monitoring kegiatan yang telah dilaporkan pada pertemuan lintas sektor setiap 3 bulan yang dipimpin oleh camat dengan didampingi kepala puskesmas, sehingga adanya sinergi kegiatan dan program penanggulangan stunting yang bisa diarahkan dengan tujuan yang lebih jelas. Selain itu advokasi juga bisa dilakukan bersama-sama dengan kepala desa setempat dengan menciptakan awareness dan kepedulian terhadap stunting, misalnya dibentuk aliansi atau gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) pada warganya, dan lainnya.