Date Log
ARNAWA publishes articles under the terms of the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License, with the copyright held by the journal. It means that authors who publish their work in this journal agree to follow the journal's copyright policy.
Fragmen Labuhan Merapi: Pengimplementasian Folklor Ki Sapu Jagad dalam Seni Pertunjukan, Beserta Sejarah Perkembangan dan Pelestariannya (Sebuah Kajian Budaya)
Corresponding Author(s) : Haryo Untoro
Arnawa,
Vol 1 No 1 (2023): Edisi 1
Abstract
Pluralism is a cultural phenomenon that can be easily found in Indonesia. Cultural manifestations include ideas, traditions, and art that adorn the vast territory of Indonesia. Culture, in the form of tradition, is divided into oral tradition and written tradition. One of the manifestations of oral tradition is reflected in the Ki Sapu Jagad folklore, which is the background for the birth of the Labuhan Merapi tradition. Over time, this folklore was adapted by the people of Umbulharjo village in the form of performing arts as Labuhan Merapi Fragment. The Labuhan Merapi Fragment acts as a media novelty about the story of Ki Sapu Jagad. In addition, this fragment becomes an interesting thing for local people and tourists. This research aims to find out the existence, history, development, and inheritance of the Labuhan Merapi Fragment in all segments of society. Pertinent data were obtained through formal interviews and literature studies. The research method used is descriptive-qualitative. The data that has been collected is then processed with note-taking techniques. The implementation of the Labuhan Merapi Fragment is still routinely carried out from its inception to the present. This shows that the Labuhan Merapi Fragment is still sustainable and continues to be passed down continuously through the regeneration of performing arts presenters. With the existence of problems in efforts to maintain the existence of oral tradition, fragments of Labuhan Merapi still exist and have become the cultural identity of the people of Umbulharjo Village, Cangkringan District, Sleman Regency.
===
Pluralisme merupakan fenomena kebudayaan yang dapat dijumpai dengan mudah di Indonesia. Wujud kebudayaan antara lain berupa gagasan, tradisi dan seni yang menghiasi luasnya wilayah Indonesia. Kebudayaan berupa tradisi terbagi atas tradisi lisan dan tradisi tulis. Perwujudan tradisi lisan salah satunya tercermin pada folklor Ki Sapu Jagad yang melatarbelakangi lahirnya tradisi Labuhan Merapi. Seiring berjalannya waktu, folklor ini diadaptasi oleh masyarakat Desa Umbulharjo dalam bentuk seni pertunjukan sebagai Fragmen Labuhan Merapi. Fragmen Labuhan Merapi berperan sebagai kebaruan media mengenai kisah Ki Sapu Jagad. Selain itu, fragmen ini menjadi sebuah hal yang menarik bagi masyarakat lokal dan para wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesejarahan, perkembangan, peran serta pewarisan Fragmen Labuhan Merapi kepada seluruh segmentasi masyarakat. Data-data yang bersangkutan diperoleh melalui wawancara formal dan studi pustaka. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan teknik catat. Pelaksanaan Fragmen Labuhan Merapi masih secara rutin dilakukan dari awal terbentuknya hingga masa sekarang ini. Hal itu menunjukan bahwa Fragmen Labuhan Merapi masih lestari dan terus diwariskan secara kontinuitas melalui regenerasi penyaji seni pertunjukan. Dengan adanya problematika dalam usaha pemertahanan eksistensi tradisi lisan, Fragmen Labuhan Merapi tetap eksis dan menjadi identitas kebudayaan masyarakat Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.
Keywords
Download Citation
Endnote/Zotero/Mendeley (RIS)BibTeX